Hai, Teman Blogger.
Sering dengar kalimat seperti ini saat teman atau saudara sedang berkomunikasi pada putra putrinya?
“Risa, sudah jam tujuh malam, kenapa buku-buku belum juga disiapkan? Terus kapan belajarnya?” keluh Bu Erna pada Risa putri semata wayang-nya.
Atau Pak Rahmad yang sedang berkata pada Dodi putranya, “Dodi, kenapa main Hp terus? Kasihan mata kamu, loh. Main bola di luar sama teman-temanmu, gih!”
Kalimat-kalimat di atas, merupakan contoh kamunikasi sehari–hari yang sering kita temui dalam aktivitas disela kesibukan kita sepanjang hari.
Jadi pastinya kita sering berkomunikasi dengan orang – orang disekitar kita, bukan?
Pernahkan Sobat bertanya kenapa? Hal ini tak lain karena kita adalah makhluk sosial, loh.
Sebagai makhluk sosial, kita perlu bersosialisasi serta berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Dan alat komunikasi yang sering digunakan dalam berinteraksi ini tak lain adalah bahasa.
Beverly Otto menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini, tahun 2015 menjelaskan bahwa bahasa merupakan hal pokok bagi masyarakat. Menurut beliau bahasa membentuk dasar persepsi, komunikasi dan interaksi harian kita, sehingga melalui bahasa kita bisa menggambarkan dunia bahkan mengenal dunia.
Maka bisa dibayangkan jika dunia tanpa bahasa, bisa jadi masyarakat dan budaya pun jadi tak ada!
1. Bahasa Sebagai Komunikasi Awal
‘Ngudang’, pernah dengar kata ini?
Ngudang dalam bahasa Jawa, kurang lebih merupakan padanan kata dari tingkah polah kita saat berkomunikasi dengan bayi dalam timangan, misalnya nih berkomunikasi pada si Bayi dengan kalimat ‘cii luk baa’ sambil tutup mata terus di buka. Atau bisa dengan sedikit gaya sambil bernyanyi dan menggoyangkan kepala, “Nang ning nung ning nang ning nung.” gitu, pernah?
Lalu cek, bagaiman respon si Bayi? Bisa jadi dia bakal nangis karena tak suka atau bahkan malah tertawa dengan mata berbinar karena si Bayi suka “kudangan” kita.
Nah, tahukah kalian jika interaksi non lisan dengan membangun kontak mata pada bayi tadi ternyata merupakan awal bayi belajar mengenal bagaimana bahasa bekerja, loh.
Menurut Beverly Otto perkembangan bahasa sebenarnya sudah dimulai saat penutur bahasa mengasumsikan bahwa bayi merupakan partner dalam percakapannya sebagai komunikasi awal. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mulai membangun komunikasi awal dengan buah hati dimulai dari buaian. Karena sejatinya bayi sudah mulai melakukan interaksi dengan bahasa non lisan yang kita sampaikan.
2. Perkembangan Bahasa Pada Anak
Percakapan 1
Di lapangan sepak bola perumahan.
Dika: “Woiii, ambil bolanya! Fokus gawang, Cham jaga sebelah kiri, ada Andi di sana, bahaya!”
Icham: “Dre”. (sambil mengoper bola)
Dika: “Sial! Gagal goal lagi kita”
Percakapan 2
Arti: “Permisi tante, putranya barusan mukul adik saya. Ini adik saya nangis. Putra tante nggak mau gantian main seluncuran.”
Tante: “Benar kah mbak? Oh, maaf barusan saya beli kue buat Dio, jadi tante nggak tahu kalau anak saya mukul adik mbak.”
Tante: “Dio, ayo minta maaf ke mas-nya! (mengulurkan tangan Dio ke adik Arti).
Tante: “Maaf ya, mas.” (tertuju pada adik Arti)
Arti: “Iya tante, sama – sama.”
Percakapan di atas merupakan contoh perbedaan gaya bahasa antara anak laki-laki dan perempuan dalam perkembangan bahasanya. Pada anak perempuan kata yang sering digunakan meski dalam kondisi marah masih bisa sopan, seperti kata permisi, maaf. Sedangkan pada anak laki–laki, bahasa yang digunakan jika dalam kondisi marah cenderung kasar terkadang berisi umpatan, seperti: awas kamu ya, sial, dan lainnya.
Bahasa yang dimiliki anak sebenarnya merupakan hasil pengolahan dari lingkungannya yang mengalami pengembangan, baik dari lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan pergaulannya. Kondisi ini dapat memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasanya, bahkan bisa mempengaruhi proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat di sekitarnya.
Menurut Bapak Ngalimun,S.Pd.,M.Pd.,M.I.Kom, 2017, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Praktis, tahun 2017 menjelaskan bahwa jika anak laki–laki maupun anak perempuan sama–sama memperoleh pendidikan agama yang kuat, bisa jadi kata-kata umpatan di atas tak dipakai mereka lagi. Sebagai penggantinya anak–anak menggunakan kata yang lebih sopan, seperti: astaghfirullah, “Ya Tuhan” dan sebagainya.
Nah, agar lebih memudahkan bagaimana detail perkembagangan bahasa buah hati kita, di bawah ini terdapat acuan Tabel Perkembangan Bahasa Anak, dari Elizabeth B. Harlock dalam bukunya Development Pscychology, 1978, hal 109 tentang beberapa tahapan perkembangan bahasa yang harus buah hati kita lewati hingga usia lima tahun.
Yang perlu digaris-bawahi adalah bagaimana lingkungan memberikan dukungan dan stimulasi di masa balita mereka, hingga akhirnya mereka bisa mahir mengolah kata dalam berbahasa dan berkomunikasi ketika dewasa nanti. Karena sebagai orang tua tentunya kita ingin anak-anak kita bisa melewati masa perkembangannya, sesuai tahapan yang diharapkan. Termasuk dalam perkembangan berbahasanya.
So, cek list dari tabel di atas, sudahkah buah hati kita melewati tahapan perkembangan bahasa sesuai tabel Elizabeth B. Harlock?
Puji syukur jika buah hati kita sudah melewati tahapan di atas. Berarti buah hati kita mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Namun jika belum sebenarnya juga tak terlalu mengkhawatirkan, koq. Karena pada prinsipnya setiap anak memiliki perkembangan bahasa yang berbeda.
Oleh karena itu menurut www.paud.id cara menstimulasi perkembangan anak yang terbaik tetap dari kedua orang tuanya. Oleh sebab itu sangat penting untuk memperhatikan ataupun meningkatkan skill orang tua dalam menstimulasi perkembangan anak mereka, misal melalui workshop atau webinar parenting.
3. Perkembangan Bahasa pada Remaja
Andre: “Gimana UTS-nya, sukses?”
Ryan: “Mayan lah Gaes.”
Doni: “Hancur Bro, kebanyakan begadang sepertinya. Biasa pertarungan online Mobile Legend lebih menggoda, hehe.”
Ryan: “Hmm hati-hati mas Bro, asal Bapak nggak protes sih aman lah. Tapi, kalau Ortu dah protes itu bahaya! Bisa-bisa Hp kita disita sebulan sebagai hukuman karena nggak fokus belajar.” (sambil nyeringai)
Remaja menurut Ericson, E. H, dalam bukunya Identitas, Pemuda dan Krisis, New York, tahun 1968, menjelaskan bahwa remaja pada dasarnya sudah memasuki tahapan psikososial yang sering disebut sebagai identity versus role confusion. Yaitu sebuah kebingungan peran yang dapat menyebabkan individu secara serius mempertanyakan tentang diri sendiri, pandangan yang dirasakan orang lain, bahkan sering mengalami keraguan mengenai arti dan tujuan keberadaan mereka sendiri.
Situasi dominan yang sering ditemukan pada tahap ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Karena pada dasarnya remaja sangat ingin dirinya diakui sebagai individu yang unik terlepas dari dunia anak – anak maupun dunia orang dewasa.
Kondisi ini menyebakan bahasa yang sering digunakan para remaja, biasanya lebih unik, praktis, kekinian bahkan cenderung tak sesuai dengan kaidah berbahasa yang benar.
Baca juga: Ingin Lebih Dimengerti Anak? Yuk, Baca Kisah Mama Rara di
Seperti halnya pada perkembangan bahasa anak, pun bahasa remaja juga dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan tempat mereka tinggal. Remaja cenderung bergaul dengan sesamanya, salah satu contoh pada remaja usia sekolah. Dari pergaulan dengan teman sebayanya maka timbul pola bahasa yang akhirnya mereka gunakan sehari-hari sebagai sarana dalam proses penyampaian atau sosialisasi.
Oke Teman Blogger dari pejelasan di atas kini kita tahu apa saja, sih tahapan perkembangan bahasa sebagai alat komunikasi pada anak hingga dia tumbuh menjadi remaja.
Dan ternyata lingkungan punya pengaruh besar terhadap tingkat kemampuan dan pengetahuan berbahasa pada anak, baik dari lingkungan keluarga, pergaulan maupun lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga sebagai orang tua, kita perlu meningkatkan skill parenting agar keluarga kita bisa terbentengi terhadap pengaruh negatif dari lingkungan luar keluarga.
Salah satunya dengan membiasakan mengenalkan anak kalimat-kalimat positif dan membangun optimisme, agar memori mereka dipenuhi hal-hal yang positif dan membangun. Harapannya agar kelak ketika dewasa, kita mendapati mereka tetap berperilaku positif, berkarakter serta berkepribadiandan baik guna menjadi manusia yang bermanfaat, penyejuk hati bagi kedua orang tuanya, serta menjadi pembuka rahmad kita di akhirat kelak. Aamiin
Bukankah itu impian kita sebagai orang tua?
Salam,
-Kinan-
45 Komentar. Leave new
Wah terima kasih Bunda untuk tambahan pengetahuan bagi saya
Sama-sama Mbak Litha.
Semoga tulisan saya bisa membantu menambah wawasan komunikasi pada anak. ��
Kemampuan berbahasa anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan dan utamanya stimulasi dari keluarga, dalam hal ini orangtuanya. Bagaimana anak-anak terbiasa diajak berbicara, ngobrol, sehingga mereka bisa mengenal kosakata baru. Aku termasuk orangtua yang nggak melakukan stimulasi ini secara optimal, nih. Dulu saat anak-anak batita sampai balita, emaknya sibuk mengurus perusahaan. Jadi saat kembali ke rumah, aku mengejar ketertinggalan sebagai orangtua banyaaak sekali, huhuhu …
Tetap semangat Mbak Mel. Banyak berdoa agar dimudahkan.
Bismillah masalah komunikasi si kecil bisa segera teratasi ya mbak.
Aamiin
Betul ba, setuju bgt bahasa anak2 dipengaruhi lingkungan, kita sbgaia ortu hrs lbh memperngaruhi dan menjadi pembangun kosakata yang baik2 bagi nak2
Benar mbak. Membangun kosakata yang baik agar anak-anak hanya menyerap hal-hal baik minimal dari lingkungan keluarganya dahulu.
Saya yang sudah -merasa- bukan anak-anak lagi ini juga masih merasa lingkungan (baca: pergaulan) berpengaruh terhadap bahasa yang saya gunakan. Apalagi anak-anak yang kadang gak pake filter, gak tahu mana yang baik-buruk, malah kadang gak tahu apa arti kata2 yang dikeluarkan. Kini saya sedang dalam usaha mengurangi adik2 saya yang terpapar bahasa kasar dari sekolah. Duhh. Doakan saya ya mbak.
Iya Mbak Nad.
Bismillah selalu diberi kemudahan agar adik2 mbak dijauhkan dari pengaruh pergaulan yang kurang baik.
Aamiin
Setuju mba berbahasa dipengaruhi oleh lingkungan dan jamannya. Kayaknya anak-anak jaman sekarang kadang kalo ga sengaja menyimak banyak kata-kata yang ga mudeng. Dicampur2 antara bahasa gaul, bahasa kasar sama bahasa indonesia. Piye toh
Hehe benar sih mbak, tulisannya juga membingungkan.
Sering pakai 'x' gitu dan disingkat.
Namanya juga remaja mbak, lagi memcari identitas diri, hihi.
Sama-sama mbak.
Senang bisa membantu. ��
ada istilah di Bandung sini…basa henteu meuli…(mudah²an bener nulisnya). Hehe…Artinya, berbahasa itu tidak bisa dibeli. Sebenarnya tinggal pakai. Nah…itu dia pemilihan katanya yg sulit kan ya. Bagaimana berbahasa dengan sopan…
Benar Mb Hani, berbahasa nggak bs dibeli.
Ia sudah disediakan lingkungan, tinggal kitanya mau ambil yang mana? Yang sopan atau yang lainnya.
Benarkah yg dimaksud, yak? Hehe
bahasa menurut aku juga dapat menunjukan kualitas diri kita mbak, makasih mbak artikelnya sangat bermanfaat.
Benar mbak.
Setuju banget.
Pergaulan memang memegang peranan yang cukup penting dalam memengaruhi bahasa anak. Terkadang, anakku pulang dan membawa bahasa ajaib ke rumah. Bahasa yang kami larang untuk diucapkan, tetapi malah sudah biasa digunakan teman2nya….
Hehe benar mbak.
Jadi proteksi di keluarganya yang harus dikuatin ya mbak.
komunikasiku hanya lewat telpon sama anak-anak. anak pertama terbuka sama aku, anak kedua cowok, jarang bicara kecuali penting, yang ketiga lebay, sensitif. harus bener-bener paham arah pembicaraan mereka. yg cowok maunya dia bicara sedikit ibunya sudaah harus paham.
Hmm … beda2 ya mbak, gaya bahasa dari anak pertama hingga paling bontot.
Lingkungan memang berperan banget untuk kemampuan berkomunikasi anak
Benar Mbak Seftina.
Makasih banyak ya bun untuk tulisan ini, jadi mengingatkan saya untuk selalu berbahasa yang baik agar bahasa anaka anakpun bisa selalu positif
Sama-sama Bun Narti.
Akhir-akhir ini DuoNaj lagi banyak main di luar rumah. Akhirnya memang denger macam-macam, banyak kosakata baru yang lumayan membuatku tercengang, wew!! Akhirnya kita cuma bisa ajak diskusi. Dan membuat peraturan baru, bahwa kata yang tidak diketahui artinya dan kasar tidak boleh dipakai di rumah.Ya masih PR banget nih, karena nggak mungkin membuat anak steril.
Benar Mb Damar, jadi lebih protektif dengan membuat aturan dalam berbahasa di rumah, ya mbak.
Btw sdh pernah tahu temannya yang manakah, yang biasa memberikan pengaruh dalam berkosakata aneh mbak?
Biasanya kalau saya, kuajak ngobrol dulu temannya. Terus bilang ke temannya, tolong kakak jangan sering memakai kata-kata itu, ya!
Biasanya lumayan ngaruh sih mb. ��
Betul sekali mbk. Lingkungan memberikan stimulasi di masa balitanya. Alhamdulillah anak saya usia 4 tahun udah lulus semua checklistnya. Mkasih infonya mbk
Sama-sama mbak.
Alhamdulillah bs membantu.
Putri sulung saya sedang di fase ke-3 spt tersebut di atas. Sehari2 sih bahasa lisannya sopan, ya. Betul, Karena pembiasaan sejak kecil.
Trus sejak awal kelas 6 dia kami belikan hp, Mengingat perlunya komunikasi dg teman2 nya, menjelang kelulusan juga biar tidak lost contact.
Nah, di bahasa tulisan via WA, emang bahasa mereka aneh2. Hehe… Saya cek juga hapenya, sih.
Bahasa gaul mereka memang tidak bisa dihindari. Sepertinya membuang mereka nyaman berkomunitas. Tetap sih saya ingatkan, itu boleh jika sesama teman. Untuk yg lebih tua, tetap harus jaga kesopanan 🙂
Benar Mb Tatiek, perlu kontrol dan tetap dikomunikasikan melalui aturan dalam rumah, bagaimana cara berbahasa yang benar agar tidak kebablasan malah terbiasa dengan bahasa serapan dari luar rumah.
Terimakasih banyak mbak, sangat bermanfaat sekali
Bahasa gaul itu memang tidak bisa dihindari ya, anak saya juga sering banget bawa bahasa aneh tapi ya itulah diluruskan aja lagi
Terus diawasi juga tata bahasanya agar tetap lembut dan halus apalagi dengan orangtua
Bermanfaat sekali ini mb, anak saya yang sulung menginjak masa remaja sudah berkutik sama game online dan kadang bahasa yang dipakai mereka tidak sopan. Jadi saya ekstra mengawasinya, dan ketika saya ikut mendengarkan saat itupun saya langsung menjelaskannya.
bahasa memang alat komuikasi yang paling berkembang, dari bayi yang cuma bisa ma-ma, pa-pa, lalu kemudian meniru orang sekitar lama kelamaan jadi lancar dan fasih.
jadi ingat juga deh waktu SD dulu punya bahasa rahasia gitu antar sesama, itu juga jadi salah satu bentuk komunikasi 😀
Wah unik ya perkembangan bahasa itu..saya sering merasa ga paham dengan obrolan anak2 sekarang yang cenderung kekinian…ya namanya juga perkembangan jaman, semua ikut berubah…
Thanks for sharingnya mbak. Mengamati perkembangan bahasa anak juga penting banget ya. Bayi saya saat ini sudah masuk usia 6,5 bulan dan sudah merespon saat dipanggil, termasuk ketika mendengar suara2 seperti yang tertulis dalam tabel di atas
Wah nanti gimana ya anak2 klo udah remaja.. jadi ingeeet, dulu sama bapak, klo di rumah, ngomong gue elo aja nggak boleh.
Anak2 jg dipengaruhi tontonan ya mba sekarang..
Iya..penting banget ya mengajarkan bahasa positif sejak dini pada anak serta memberikan tauladan dalam kehidupan sehari2. Pengamatan saya, anak yg biasanya bicaranya kasar karena lingkungan orang2 terdekatnya juga berbicara spt itu. Semoga anak2 kita semua senantiasa diberikan lindungan untul selalu baik berbahasa.
Iya, bahasa itu dipelajari. Makanya kalau ada yang suka bicara kasar, pasti lingkungannya pun demikian. Tapi kadang, walau orang tua sudah berusaha mengajari bahasa yang baik, teman sekolah juga bisa mempengaruhi lho.
Ampun deh, bahasannya nampol banget, jadi ingat dengan anak kedua saya yang fasih berbahasa betawi krn yang ngasuh orang betawi tulen, ampun dah…he
“Great, thanks for sharing this post.Much thanks again. Really Great.” Kattie Warmack
Practice is the best master.
Yes,I agree with u.
Good respond in return of this issue with firm arguments and explaining the whole thing on the topic of that.
Very good blog post. I absolutely love this site. Keep it up!
Thank you very much for the appreciation
Hei siellä. Löysin blogisi msn:n käytön. Tämä on erittäin viisaasti kirjoitettu artikkeli. Varmistan, että laitan sen kirjanmerkkeihin ja palaan takaisin saadakseni lisää hyödyllisiä tietojasi. Kiitos postauksesta. Palaan ehdottomasti.