“Betul orang tua memang punya andil dalam lahirnya luka pengasuhan, namun yang bertanggung jawab penuh dalam pemulihannya adalah kita, pilihannya ada dikita dan tanggung jawabnya ada pada kita.”
–Diah Mahmudah, S.Psi, Psikolog & Psikoterapis, Founder Biro Psikologi Dandiah Care –
Diatas adalah sepenggal kalimat Teh Diah Mahmudah, S.Psi dalam acara #Bincang ISB yang diprakarsai Komunitas ISB pada Sabtu, tanggal 19 Maret 2022 pukul 13.30 -15.30 WIB beberapa bulan lalu. Seorang psikolog dan psikoterapis , pendiri Biro Psikologi Dandiah di Bandung.
Bersama Pak Dandi Birdy (suami), beliau berdua peduli pada psikologi dan psikoterapis dalam ketahanan rumah tangga.
Inner Child, Luka Pengasuhan yang Harus Dituntaskan!
Kalimat Teh Diah mengingatkan diri akan tercerai-berainya kami bertiga setelah menikah dan keluar dari lingkaran tanggung jawab orang tua. Sejak itu kami tak pernah berkumpul dalam satu keluarga utuh, bahkan meski lebaran tiba.
Hanya keluarga kecil kami yang selalu hadir disepenggal sisa waktu almarhum bapak dan almarhumah ibu, tanpa keluarga kakak ataupun keluarga adik di sana.
Menyedihkan memang, saya sering bertanya apa yang salah dengan kami bertiga? Apa pula kesalahan bapak dan ibu hingga mereka tak berkenan meluangkan waktu hadir membersamai beliau berdua di rumah masa kecil kami?
Rangkaian pertanyaan yang selalu ingin saya kuak, namun tak pernah cukup ilmu untuk menjawabnya. Qodarullah uneg-uneg ini akhirnya terhubung dengan webinar #Bincang ISB di bulan Maret lalu, dengan tema “Bertemu dengan Inner Child” .
Pola Pengasuhan dan Luka Pengasuhan (Inner Child)
Menurut Teh Diah, Inner Child tak hanya tentang utak-atik masa lalu. Namun tentang bagaimana cara kita membongkar masa kecil demi tujuan masa depan, karena pada banyak kasus biasanya apa yang terjadi dimasa kini ternyata dipengaruhi atas kejadian dimasa lalu, terutama pada masa kecilnya.
Dengan spirit psikologi positif, yaitu sebuah cara pandang sisi psikologi yang memaknai masa lalu dengan benar, demi pribadi kita menjadi utuh dan penuh guna menyambut berbagai goal di masa depan. Maka terdapat 3 spirit psikologi positif yang akan kita ulas terkait pendalaman tentang inner child (luka pengasuhan) ini.
Yaitu tentang bagaimana cara kita:
- Forgives/Memaafkan
- Empowering/ Pemberdayaan
- Grateful/ Bersyukur
———————–
Oke, mari kita belajar bareng tentang Inner Child!
Inner Child, Apa sih itu?
Berdasarkan perspektif psikologi. Inner Child merupakan masa lalu yang belum mendapatkan penyelesaian dengan baik. Sebagian besar orang dewasa memiliki berbagai macam kondisi Inner Child , baik produk dari pengalaman positif ataupun negatif yang dialaminya di masa lalu.
(John Bradshaw, 1990)
John Bradshaw adalah seorang pendidik Amerika, konselor, motivator, dan penulis yang menjadi pembawa acara sejumlah program televisi PBS tentang topik kecanduan, pemulihan dan spiritualitas. Beliau menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman masa kecil yang dihasilkan, maka inner child terbagi menjadi inner child positif dan inner child negatif.
Inner child positif berarti tak ada masalah dengan masa lalu dan kita siap menuju masa depan. Namun jika inner child kita negatif berarti ada masalah di masa lalu dan belum terselesaikan hingga mempengaruhi langkah kita di masa depan.
Agar pribadi kita segera pulih menjadi utuh hingga segera mampu menatap masa depan, maka inner child negatif harus segera dituntaskan.
Dituntaskan! Maksudnya, harus fight (berjuang/melawan), bukan hanya flat (datar-datar saja) apalagi freeze (menyerah)!
Diah Mahmudah, S.Psi, Psikolog & Psikoterapis, Founder Biro Psikologi Dandiah Care
———————–
Tuntaskan Inner Child dengan Memutus Mata Rantai Inner Child!
Luka pengasuhan (inner child) tanpa disadari bisa membentuk pola yang mudah dan sering berulang. Pola yang sama tanpa kita sadari akan kita wariskan ke generasi di bawah kita. Jika tak percaya, coba saja bagaimana cara kita merespon amarah ketika anak kita melakukan kesalahan yang sama yang mungkin pernah kita lakukan dimasa kecil.
Apakah amarah kita akan sama seperti yang orang tua kita dulu lakukan, atau kita bisa lebih bijak mengendalikannya?
Rantai inner child (negatif) yang kita alami bisa saja tanpa disadari kita teruskan dengan pola yang sama pada buah hati. Namun menurut Teh Diah inner child (negatif) bisa koq dihentikan di kita saja, tanpa harus diteruskan ke buah hati.
Yaitu dengan cara mengelola ketiga Ego State kita di bawah ini.
- Child Ego State, terdiri dari Free Child, Adaptive Child dan Maladaptive Child
- Adult Ego State, terdiri dari Rational, Realistic
- Parent Ego State, Critical or and Panishment Parent & Nature Parent
Sumber: Erik Berne, 1970 seorang psikoterapis terkenal dari Kanada
———————–
Pada prinsipnya (menurut Teh Diah) setiap orang punya ketiga ego ini. Hanya saja kita sering salah menempatkan ketiga ego ini, sehingga tanpa disadari menyebabkan luka batin pada anak.
Contoh kasus saat bermain dengan anak, seringkali ketika kita bermain dengan anak malah ribet mengedepankan parent ego dan bukan child ego, padahal anak ingin bersenang-senang. Alhasil anak jadi unhappy saat bermain bersama dan tak lagi happy dengan kehadiran kita yang over protective padanya.
So, agar ketiga ego ini tak menyebabkan luka pengasuhan pada anak, maka orang tua musti pandai dalam mengelola ketiganya. Contoh praktis dalam pola pengasuhan menurut Teh Diah adalah sebagai berikut:
- Ketika kita sedang bermain dengan anak, maka pakailah sisi free child-nya. So kita bisa happy bermain dengan anak dengan menjadi sosok anak yang bebas dan bahagia.
- Ketika sedang memberi nasihat pada anak, maka pakailah sisi realisitis dan rasionalnya.
- Ketika anak sedang butuh perlindungan, maka sisi natural sebagai orang tua lah yang kita kedepankan.
Nah Teman Blogger, jangan sampai salah atau malah tertukar, loh ya!
Karena dengan bijak menempatkan ego state yang kita miliki, harapannya anak bisa menjadi lebih bahagia dan luka pengasuhan bisa terhindarkan.
Perdalam Inner Child dengan Memahami Tema – Tema Luka Pengasuhan
Sebagai biro konsultan psikologi yang sudah dipercaya bertahun-tahun oleh klien. Biro konsultan psikologi dan psikoterapi, Dandia Care sering menemukan beberapa tema penyebab inner child (pola pengasuhan) seperti di bawah ini:
- Unwanted Child
Tak menemukan kebahagiaan di masa kecilnya. Biasanya tema ini muncul karena pengalaman masa kecilnya yang tak bahagia, salah satunya bisa karena mengalami luka batin di masa kecil.
- Bullying (Berawal dari Rumah)
Tema ini muncul biasanya karena pribadi tersebut sering mengalami ejekan di masa kecilnya dikarenakan kelemahan yang dimilikinya, misal Si Hitam, Si Kurus, Si Bodoh, Keledai dan lainnya.
- Sibling Rivalry
Menjadi pribadi yang insecure, karena di masa kecilnya sering dibanding-bandingkan dengan kakak, adik, saudara sepupu bahkan tetangga terdekat.
- Helicopter Parenting
Biasanya sering terjadi pada keluarga yang orang tuanya over protective.
Orang tua yang over protective sering merasa khawatir jika anaknya tengah mengalami masalah. Sehingga orang tua akan sekuat tenaga mengambil alih semua masalah yang sedang dialami anak.
Alhasil anak menjadi tak mandiri, tidak percaya diri dan bahkan tidak pernah mengerti arti sebuah solusi. Tema ini akan muncul jika pribadi tersebut sudah dewasa dan orangtuanya sudah tiada, karena dia akan selalu kebingungan dalam menyelesaikan setiap masalah dalam kehidupannya.
- Parent Way
Tema ini akan muncul pada pribadi dengan masa kecil dalam keluarga dengan orang tua yang otoriter. Karena orang tua dengan karakter seperti ini akan suka mengatur semua hal yang ada di rumah, baik terhadap aktivitas, sikap ataupun pada karakter semua penghuni rumah, termasuk anak.
Segala hal harus sesuai aturan orang tua, tak ada kesempatan anak untuk speak up bahkan menentukan kemauannya sendiri. Kondisi ini sering membuat anak menjadi tertekan dan suka memberontak. Alhasil di masa dewasanya dia sering susah mengikuti aturan karena merasa tertekan.
- Anak Broken Home
Tema ini sering muncul dari pribadi berlatar belakang keluarga broken home.
Pemicunya bisa jadi karena dulu dalam pengasuhan selama periode perpisahan kedua orang tuanya, tanpa orang tuanya sadari pernah menanamkan stigma buruk pada anak-anak mereka tentang arti sebuah hubungan, pilihan untuk berpisah dan arti sebuah pernikahan. Kondisi ini bisa membuat anak akan menjadi susah percaya pada lawan jenis, susah memahami pernikahan dan lebih menikmati hidup sendiri.
- Anak Terlantar di Rumah Mewah
Tema ini sering muncul pada pribadi dengan latar belakang keluarga kaya yang kedua orang tuanya sangat sibuk dan selalu memberikan banyak fasilitas mewah. Hingga anak tak pernah mendapatkan perhatian, kontrol apalagi arahan dari orang tuanya. Alhasil anak menjadi malas karena tak tahu apa yang harus dikerjakan dan berperilaku semaunya sendiri.
Kondisi ini bisa menyebabkan anak ketika dewasa akan terjerumus pada perilaku buruk karena tidak pernah diarahkan untuk bersosialisasi dengan benar.
Dampak Luka Pengasuhan
Setiap tema dari ketujuh pemicu luka pengasuhan di atas, tentu memberikan dampak secara mental dan sosial pada personal yang mengalami atupun orang-orang di sekelilingnya. Seperti halnya saya ataupun keluarga besar saya alami. Namun karena kurangnya ilmu, biasanya membuat kita tak mampu menyelesaikan dampak luka pengasuhan ini dengan baik.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk tahu bagaimana dampak dan penyebab luka pengasuhan ini agar kita tidak asal menghakimi para korban luka pengasuhan disekitar kita dan juga tidak meneruskan luka pengasuhan ini ke generasi dibawah kita.
Dan berikut beberapa dampak Luka Pengasuhan yang biasanya ditimbulkan:
- Secara Personal
Insecure -> Yaitu perasaan tak aman, malu, serta tak percaya diri.
Adanya perasaan tidak aman, sering merasa malu dan nyaris tak punya rasa percaya diri biasanya muncul karena dipantik dari salah satu pada ketujuh tema pemicu luka pengasuhan di atas. Kondisi ini berdampak pula pada kesehatan fisik -> seperti tubuh menjadi lebih kurus, wajah sering kusut hingga interaksi sosial menjadi terganggu karena insecure ini.
- Pria atau Wanita dalam Usia yang Siap Menikah
Orang yang pernah broken home seringkali merasa trauma pada pernikahan, karena mereka pernah menyaksikan keluarga yang disayanginya harus berpisah (broken) -> dampaknya mereka memiliki trauma pada lawan jenis, tidak percaya diri ketika berhadapan dengan lawan jenis, hingga keengganan untuk menikah dan lebih menikmati hidup melajang.
- Marital (Pada Kasus Pernikahan)
Parenting -> Dalam pernikahan dengan pola pengasuhan orang tua yang salah, tentu akan memberikan luka pengasuhan yang salah pula pada buah hatinya.
Trust Issue -> Jika salah satu pasangan dalam pernikahan sering over protective pada keluarga bahkan cenderung memiliki sifat otoriter, tentu berdampak buruk pada keluarganya, baik pada pasangan ataupun pada pola pengasuhan anak-anak mereka.
- Relasi Sosial
Orang yang pernah mengalami luka pengasuhan (inner child) biasanya menyukai kesendirian, akibatnya hubungan dengan lingkungan pun juga terdampak. Seperti malas berkumpul jika ada kegiatan warga, enggan bersosialisasi dan lainnya.
Lalu, bagaimana metode yang pas untuk mengatasi luka pengasuhan ini?
Metode Membasuh Luka Pengasuhan (Inner Child) ala Biro Dandiah Care
Menurut Teh Diah dan Pak Dandi di Biro Dandiah Care, beliau sering melakukan 2 metode ini pada pasien inner child dalam penanganannya, yaitu dengan cara:
- Metode Kuratif
Pemulihan jiwa yang terluka dengan ilmu self healing.
- Metode Preventif
Mencegah luka pengasuhan, hanya stop di kita saja.
———————–
Detail cara membasuh luka pengasuhan (inner child) , based on Biro Dandiah Care mengacu pada buku Membasuh Luka Pengasuhan karya Teh Diah dan Pak Dandi sendiri.
Metode pertama (Metode Kuratif) bisa dilakukan dengan datang ke biro psikologi terdekat untuk melakukan self healing dengan didampingi ahli psikologi terkait agar pemulihan jiwa yang terluka bisa segera disembuhkan.
Sedangkan untuk metode kedua (Metode Preventif) bisa dilakukan dengan mencegah luka pengasuhan ini berulang ke generasi dibawah kita, dengan stop di kita saja.
Nah, apa saja yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama (Cara preventif) agar luka pengasuhan ini stop di kita saja?
- Healing Teraphy
Merupakan terapi pemulihan dengan mengenali cara melepaskan emosi yang terbebani agar bisa keluar dari zona mental korban. Misal dengan menuliskannya sebagai salah satu terapi healing.
- Forgives (Memaafkan)
Memaafkan ternyata cara mudah untuk membersihkan jiwa dari beragam penyakit hati. Tujuannya agar batin kita segera pulih dan kembali penuh terisi.
- Anger Management (Pengelolahan Amarah)
Stabilitas emosi yang baik (adequate) akan bisa didapatkan dengan cara mengalirkan atau melepaskan emosi (negatif) yang menghimpitnya. Karena menurut Teh Diah akan salah jika emosi (negatif) tersebut tetap kita tahan, kita pendam apalagi kita abaikan.
- Empowering (Fokus Pemberdayaan Diri)
Dengan fokus mengenali potensi diri untuk menjadi pribadi yang lebih produktif (berdaya), membuat kita mampu berdiri tegak meski dengan luka pengasuhan. Karena sibuk fokus pada masa depan lebih baik, sehingga mampu membentuk pribadi yang utuh dengan lebih produktif.
- Grateful (Bersyukur)
Dengan mensyukuri apa yang sudah diterima, maka kita merasa menjadi pribadi yang lebih berharga, sehingga kita akan mudah menerima keadaan dan memaafkan bentuk luka pengasuhan yang pernah dialami.
Menurut Pak Dandi, sebuah pelajaran positif dan berharga tak hanya bisa diperoleh dari hal yang positif saja.
Pengalaman getir sekalipun, termasuk luka pengasuhan bisa pula memberikan kita pelajaran positif.
Oleh sebab itu agar jiwa kita kembali penuh, pulih dan terisi, kita harus mampu mensyukuri segala kondisi yang didapat, meski itu karena luka pengasuhan. InsyaaAlloh hikmah positif akan kita dapatkan dan bisa kita jadikan pelajaran hidup.
Finally, kini saya memahami apa itu luka pengasuhan, dampak dan bagaimana pertolongan pertama yang harus kita lakukan ketika mendapati luka pengasuhan ini.
Akhirnya saya bisa mengambil hikmah dan menyadari apa yang terjadi pada saya, kakak atupun adik hingga tercerai berainya kami bertiga setelah kami tumbuh dewasa. Saya pun menyadari kenapa diri ini berhasil melewati rantai inner child dan kenapa kedua saudara saya belum tuntas melewatinya.
Namun apa pun itu satu hal yang harus kita sadari, bahwa diri ini hanyalah insan lemah yang tak pernah luput dari salah ataupun khilaf, begitu pula orangtua kta. Maka tak ada salahnya jika kita berkenan berbesar hati memaafkan kesalahan yang pernah beliau lakukan.
Seperti yang Teh Diah katakan diawal sesi #Bincang ISB di atas bahwa orang tua bisa saja punya andil terhadap luka pegasuhan, namun pilihan pemulihan itu mutlak tanggung jawab kita.
Agar inner child stop di kita saja, agar jiwa kita terbebas dari ragam penyakit hati dan agar kita bersama keluarga kecil bisa menuju masa depan yang lebih berharga.
Terakhir kalimat penutup Pak Dandi rasanya sayang jika harus menguap begitu saja.
Jika kita mengalami sesuatu, itu pasti karena ijin-Nya.
Dan Alloh Swt tidak pernah memberi apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan.
Maka pandai-pandailah kita mencari hikmah dibalik itu, karena ada sesuatu yang mau Dia sampaikan.
Berusahalah mencari hikmah dibalik musibah!
Bukannya kita hendak mengubah takdir, tapi kita mau mengubah respon terhadap takdir.
Dengan respon yang lebih meaningful dan lebih produktif.
———————–
Semoga Alloh swt memaafkan dosa dan khilaf almarhum bapak ibu, melapangkan kuburnya, menerangi jalanannya dan menempatkan beliau disisi-Nya layaknya orang-orang yang sholeh.
Aamiin.
Salam,
–Kinan-
22 Komentar. Leave new
Banyak ya kejadian, ternyata inner child yang luka pengasuhan belum tuntas terbawa sampai dewasa. Harus mencari orang/ pakar untuk melepaskan emosi ya bila ada luka masa kecil…Atau curhat ke Allah swt deh…
Benar Mbak Hani, curhat pada Alloh Swt dengan sepenuh jiwa bahkan sampai menangis “lepas” itu ternyata salah satu metode anger management atau menagemen mengelola amarah.
Saya baru tahu setelah mengikuti sesi webinar lanjutannya di biro ini.
Sedikit rumit. Sayangnya, emang benar sih. Inner child mungkin ada karena peran orang tua. Tapi, kitalah yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan inner child tersebut.
Dampak inner child itu ga main2 ya bun. Dan bisa jadi kayak pola berantai yang tanpa sadar kita wariskan ke anak2 kita. Duh, bener2 musti aware sama kesehatan mental juga nih. Supaya kita bs menjadi orang dewasa dan orang tua yang bijak. Thanks sharingnya bun.
Inner child, luka pengasuhan adalah luka yang biasanya lama sembuhnya. Apalagi jika orang yang mengalaminya tidak atau belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Artikel seperti inilah yang akan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Keren, mba.
Kadang suka heran dengan perilaku orang di sekitar kita. Ternyata semua itu gak lepas dari inner child yang dialami masing-masing orang ya..
Jadi harus belajar banyak tentang inner child ini. Ingin tahu juga kondisi diri sendiri.
dulu pernah sebel juga sama Ibuk, namun sekarang sy pun juga mengubah respon (reframing) bahwa yang dilakukan Ibuk dulu adalah yang terbaik yang bisa dilakukan sesuai pengetahuan, ekonomi dan pendidikannya. Bisa jadi Ibuk juga punya luka pengasuhan dari mbah mbah saya. Jadi sy setuju, untuk memaafkan. Semua yang terjadi pasti karena izinNya dan pasti ada hikmahNya. Makasih tulisannya ini ya mba. Semoga kelak, aku tidak menjejakkan luka pada anak-anakku. Amin.
saya senang banget bahas-bahas soal psikologi ini mba, dan baca ini jadi banyak banget nambah ilmu soal inner child, saya jadi mereview kembali masa lalu saya, apakah saya mengalami inner child atau tdak, kemudian saya jadi melihat juga keponakan-keponakan saya apakah sudah tepat pola asuhnya oleh orang tuanya, dan dengan baca ini bsia jadi banyak yang harus praktekan agar lebih positif dalam membesarkan anak-anak
Yess Mbak Mei, buat introspeksi diri kita dan keluarga agar pola asuh kita lebih terarah dan inner child negatif tidak diterima buah hati tercinta atau ponakan tercinta kita.
Nggak enak banget kalau ada trauma di masa kecil, terlebih ketika kita juga nggak tahu sebabnya. Banyak orang yang belum menyadari bahwa masalah dalam kehidupannya sekarang sebenarnya disebabkan karena inner child-nya yang terluka. Kalau nggak sadar, gimana mau mengatasi, kan? Penting sekali kita lebih peduli soal ini, juga mengedukasi orang-orang di sekitar kita. Mungkin dengan itu, kita bisa menyelamatkan banyak keluarga. Nice sharing, Mbak…jadi lebih banyak belajar…
Sama-sama Mbak Muyas, saya pun juga belajar. Semoga kita semua makin bijak mengelola ego state kita, mudah memaafkan dan selalu menjadi pribadi yang terus bersyukur.
Aamiin
Akan terbawa ke cara penyelesaian masalah ya kak berarti,kudu harus diselesaikan nih innerchild ya.
note to my self, semoga saya tidak membuat inner child negatif ke anak-anak saya.. terima kasih sharingnya mba, lengkap sekali membahas masalah inner child.
inner child ini tak bisa disepelekan sih ya, karena jika berlanjut bisa saja menjadi estafet ke anak-anak kita ya.
emang harus segera dituntaskan, kembali lagi bagaimana kita mengelola ego ya, noted.
Inner child itu memang harus diputus ya, Mba. Dan, kita gak bisa begitu saja menyalahkan orang tua karena bisa saja orang tua juga mendapatkan pengasuhan yang sama hingga menjadi berakar dan turun-temurun. Kalau kita sudah paham dampak negatif dari Inner Child ini jadi sebaiknya diputus. Manusia memang tidak lepas dari salah, tetapi setidaknya kita bisa menajdi lebih baik dalam mengasuh anak-anak.
Kalau misal dalam menghadapi anak orang tua sulit sekali mengontrol emosi atau mudah emosian itu termasuk efek inner child negatif juga gak Mbak?
Iya Mbak Siska, kurang lebih itu respon kita terhadap amarah yang pernah kita alami dulu semasa kecil. Karena seharusnya ego state kita itu bisa terkontrol dan amarah bisa dikendalikan pada tempatnya, kurang lebih seperti itu sih, mbak. CMIIW
Intinya, sebenarnya gak ada orang tua yang pengen jahat ke anak-anaknya. Jadi, kalaupun ada kesalahan pengasuhan yang mereka lakukan, pasti karena ilmu parenting zaman dulu belum luas seperti sekarang. Semoga kita bisa memaafkan semua kesalahan orang tua dan selalu bersyukur atas apa yang telah mereka berikan. Aamiin.
Aamiin
Benar kak, selalu bersyukur, berusaha memaafkan dan berproses memberdayakan (empowering) diri sendiri sebagai wujud dari itu semua (forgive and grateful), intinya itu sih bagaimana cara kita membasuh luka pengasuhan ini dari webinar di atas. CMIIW
Makasiy sharingnya mba. Kadang mmg terlontar ucapan dr orang tua juga sy sbg orang tua terhadap anak. Memang PR banget. Salah satu cara dengan butterfly hug sambil mengucapkan I’m sorry, forgive me, I love you, thankyou
Memaafkan … semoga inner child luka pengasuhan berangsur pulih dan lama lama hilang. Mengijinkan anak speak up ternyata bagus pengaruhnya ya, agar anak tidak mengalami luka pengasuhan.
Jadi intropeksi sama diri sendiri, sepertinya aku msh punya luka di mass kecil yg saat ini aq imbaskan ke anak2ku