Hi, Teman Blogger!
Pernah punya moment kenangan?
Boleh tahu, barang kenangan apa yang membersamainya hingga moment tesebut tak terlupakan?
Barang kenangan dan moment kenangan, rasanya satu sama lain memang saling melengkapi. Jika salah satu dari keduanya hilang, maka moment kenangannya bisa jadi pudar dan mulai menghilang.
Oleh sebab itu, pada sebagian orang ada loh, barang-barang yang tersimpan rapi dan tak kuasa membuangnya mengingat moment kenangan yang membersamainya tadi.
Salah satunya, saya pribadi, hehe.
Hingga saat ini barang-barang kenangan tersebut masih tersimpan rapi di rumah. Sebuah barang sederhana namun penuh arti yang selalu mengingatkan saya akan peristiwa yang membersamainya.
Barang-barang ini bukanlah barang mahal, bukan pula barang yang harus dengan peluh dan berdarah-darah saya mendapatkannya. Dia benar-benar barang sederhana, namun tersimpan rapi dan belum punya kekuatan untuk membuangnya.
Barang-barang ini hadir membersamai saya diawal menjadi pribadi dewasa dalam mengarungi kerasnya arus kehidupan dan jatuh bangunnya diri menggapai mimpi.
Barang kenangan seperti apa yang saya milik tersebut?
Nah, berikut 3 barang kenangan yang saya miliki beserta kisah yang membersamainya. Siapa tahu barang kenangan kita ternyata samaan, ya?
- Buku Diary
020202
Dear Diary,
Tahu nggak sih, sore tadi kan hujan deras, ya.
Tapi aku diminta Pak Bos nemui relasi pake motor meski hujan-hujan begini, sedihnya aku Ry. Biasanya kalo hujan-hujan begini nih, ibuk nggak pernah loh, bolehin aku keluar rumah karena takut aku sakit. Aku kan orangnya mudah banget sakit, Ry. Tapi ini …
Hihi, mon maap baru nyadar alay juga saya dulu ternyata.
Di atas merupakan salah satu cuplikan tulisan di buku diary. Digoreskan sekitar tahun 2002 diawal saya menitih karir di dunia farmasi sebagai marketing.
Diary ini tempat curhat saya sehari-hari. Dia hadir menemani karakter introvert yang saya miliki. Si Diary sukses membantu saya selalu kuat kala di dunia nyata saya merasa tak ada tempat untuk bersandar akan masalah yang saya hadapi.
Waktu itu saya belum mengenal terapi healing. Tapi Diary ini sukses membersamai saya keluar dari titik nadir.
Dia selalu ada, ketika saya benar-benar rapuh.
Dia sukses membuat saya tersenyum, ketika cerita bahagia itu saya goreskan di sana.
Uniknya dia pun bisa memberi solusi akan masalah yang sedang saya hadapi.
Diary bisa memberi solusi? Bagaimana caranya?
Ehh, bisa loh. Caranya dengan membaca ulang cerita-cerita yang pernah kita tuangkan di sana. Coba deh, cek ulang diary kita kalau nggak percaya.
Bagi teman-teman yang pernah rutin menulis diary, saat diary kita baca ulang ternyata kita pernah loh, berada disituasi dan masalah yang sama dengan masalah yang sekarang kita hadapi. Bahkan lengkap dengan cerita bagaimana sukses dan tidaknya kala kita menghadapi, maklum kan lagi curhat di Diary.
Semacam jurnal harian, tulisan-tulisan di diary membantu saya ketika harus menghadapi masalah yang sama kembali. Nah, dari rekam jejak lewat diary tadi kita bisa tarik benang merah terhadap sukses dan gagalnya masalah yang sama tersebut. Sehingga kita bisa menentukan langkah dalam menyelesaikannya, tanpa harus curhat sana-sini pada orang lain.
Seringkali terpikir jika sebenarnya masalah yang saya dihadapi ternyata, ya itu-itu saja, berulang namun tanpa disadari.
Bagi saya, Si Diary ini bak sahabat yang paling tahu semua isi hati dan isi kepala.
Dia selalu membersamai diawal kaki melangkah dalam menitih jejak hari-hari. Dia pula yang membuat saya selalu kuat dan tetap bersemangat dalam menjemput hari.
- Buku Chiken Soup for The Teenage Soul II
Diawal bekerja, saya pernah dihantam masalah pelik dan bertubi-tubi diwaktu yang bersamaan.
Ketika saya memutuskan keluar dari sebuah perusahaan kecil yang pertama kali menerima saya bekerja, dengan kondisi ijasah asli yang masih tertahan di sana. Padahal kompensasi yang diminta perusahaan tersebut untuk menebus ijasah dalam jumlah rupiah yang nggak kecil. (dalam ukuran budget saya)
Disisi lain, secara bersamaan motor yang saya pakai untuk bekerja dan masih mencicil ke orang tua, raib pula dicuri maling. Dan adanya desakan budhe serta orang tua untuk segera melepas masa lajang karena beliau takut saya menjadi perawan tua.
Ketiga masalah yang terjadi hampir bersamaan tadi, menjadi sebuah beban tersendiri bagi saya yang baru mulai belajar menjadi pribadi dewasa dan bertanggung-jawab. Bak benang kusut yang tak berujung pangkal, saya bingung harus mengurai masalah ini dari mana?
Disaat-saat penuh masalah tadi, Buku Chicken Soup for The Teenage Soul II, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen dan Kimberly Kirberger, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Tahun 2001 ini mampu menenangkan hati dan pikiran, serta memberi sebuah harapan.
Buku ini awalnya saya perolah karena dipinjami seorang teman kerja. Namun karena isinya menarik, akhirnya saya membelinya juga di Toko Buku Gramedia.
Berisi 95 kisah tentang kehidupan, cinta dan makna belajar. Membuat saya merasa tak sendiri saat membaca semua kisah yang dituliskan di sana.
Bab-Bab yang paling memberi arti ketika saya baca adalah tentang Masalah Sulit, Melakukan Sesuatu yang Berarti dan Menjadi Dewasa.
Dari buku ini saya menemukan harapan untuk bangkit dengan menata kembali prinsip hidup, serta fokus pada langkah-langkah sederhana yang bisa dikerjakan
- Tape Mini Compo Philips
Tape ini adalah mini compo paling sederhana keluaran Philips. Dia merupakan barang berharga pertama yang saya miliki setelah saya bekerja. Saya membelinya sebagai wujud dari uang gaji pertama bestatus karyawan swasta.
Tape compo ini dibeli sebenarnya terinspirasi dari cerita bapak tentang bagaimana cara beliau pertama kali memulai kegiatan menyisihkan uang hasil kerja untuk sebuah investasi.
Jadilah beli Tape Mini Compo Phiplips ini ketika pertama kali menerima gaji. Rasanya happy aja, karena berani menyisihkan uang untuk membeli barang berharga.
Tape mini compo ini sebagai pengingat diri, agar setiap hasil bekerja yang saya kumpulkan tetap ada spelling untuk disimpan dan diwujudkan menjadi sesuatu yang berharga. Jadi nggak habis untuk makan, hang out dan jajan.
Oke Teman Blogger, di atas adalah ketiga barang kenangan yang masih tersimpan rapi dan belum berani untuk membuangnya karena ada kenangan penuh arti yang membersamainya.
Nah, bagaimana dengan Teman Blogger, apa masih ada barang kenangan yang teman-teman simpan dan belum berani membuangnya karena punya arti?
Share, yuk!
Salam,
-Kinan-