Dampak Relasi Pertemanan yang Buruk
Amanda, anak yang cantik. Dia tumbuh di lingkungan keluarga berada. Ketika beranjak remaja, orang tua Amanda menyekolahkannya ke sekolah swasta favorit dekat tempat tinggal mereka. Dia sangat cerdas dan selalu menjadi wakil sekolah diberbagai perlombaan. Dia selalu ceria dan termasuk siswi popular di sekolahnya.
Hingga suatu saat Amanda menjadi pendiam. Dia menjadi pemurung di kamar, tak berani pegang Hp, bahkan ke sekolah pun serasa dipaksa. Akhirnya orang tua Amanda berinisiatif mengajaknya konsultasi ke dokter psikiatri. Meski awalnya keberatan akhirnya Amanda mengikuti.
Setelah dilakukan konsultasi cukup lama, akhirnya diketahui penyebab murungnya Amanda dikarenakan keberaniannya menolak ajakan sang pacar untuk melakukan hubungan seksual yang tak pantas. Parahnya ketika Amanda marah dan minta putus, sang pacar malah mengintimidasi dan mengancamnya hingga beberapa kali Amanda dipukul.
Amanda memilih diam di kamar untuk menyembuhkan luka batin dan luka fisiknya demi menjaga orang tuanya tak bersedih. Namun tekanan dari sang pacar dan gengnya membuat Amanda depresi.
Di sisi lain, keinginannya untuk menyembunyikan semua masalah dari keluarga terutama kedua orang tuanya membuat Amanda semakin depresi. Padahal orang tuanya pun juga merasa bersalah karena minimnya waktu di rumah yang membuat mereka belum sempat mengedukasi Amanda tentang kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja. Hingga semua yang disembunyikan Amanda terbongkar dan dia menjadi pribadi yang tak periang lagi.
Berpijak dari kejadian tersebut akhirnya diawal tahun pelajaran baru, ketika Amanda memasuki kelas XII, kedua orang tuanya memindahkannya ke sekolah baru guna menjauh dan tak lagi berhubungan dengan teman-teman toksik dari sekolah lamanya.
Setahun pun berlalu, dengan pendampingan extra dari kedua orang tuanya puji syukur kini Amanda sudah move on dan diterima kuliah di kampus negeri impiannya.
Amanda masih beruntung, dia bisa kuat karena dikelilingi orang tua yang mau menerima kesalahan dan terus mendukungnya ketika melewati masa-masa sulit. Namun tak semua anak dengan kasus yang sama seperti Amanda berakhir happy ending, karena kebanyakan dari mereka tak punya support system yang baik dari lingkungan sekelilingnya.
Yap, persoalan kurangnya literasi kesehatan seksual dan reproduksi ini sebenarnya isu krusial yang bisa menyeret remaja kita kapan saja dan di mana saja. Menjerumuskan mereka pada masa depan yang suram dan menjadikan mereka tak berdaya. Padahal anak-anak dan remaja kita adalah aset bangsa, lalu bagaimana cara kita menghadapi masalah ini?
Mariana Yunita Hendrayani Opat, Pejuang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dari NTT
Dari Kupang, NTT nun jauh di sana, Mariana Yunita Hendrayani Opat yang biasa dipanggil Kak Tata, seorang perempuan tangguh penyintas kekerasan seksual bersama Komunitas Tenggara NTT yang didirikannya, gigih melakukan edukasi akan pentingnya literasi kesehatan seksual dan reproduksi pada anak dan remaja agar mereka terhindar dari kekerasan seksual yang bisa mengancam mereka kapan saja. Perjuangan yang dilakukannya pun tak mudah, karena edukasi ini dilakukan di area pelosok Nusa Tenggara Timur yang diyakini literasi kesehatan seksualitas dan reproduksinya sangat minim.
Bersama beberapa komunitas di pelosok desa, Kak Tata dan Tim Tenggara NTT memberi tempat dan ruang yang aman untuk anak-anak dan remaja di sana bercerita terkait masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas yang mereka alami. Oleh karena itu program yang mereka lakukan diberi nama Bacarita Kespro.
Tak semua penyintas kekerasan seksual bisa bersuara, tak semua anak dan remaja punya support system yang baik, pun tak semua kejadian dramatis dari kekerasan seksual yang mereka alami berakhir dengan baik. Dari kondisi-kondisi tersebut maka Kak Tata dan Tim Tenggara NTT berusaha memberikan ruang dan tempat bagi mereka untuk melalukan pemulihan dan memberikan pendampingan melalui edukasi kesehatan reproduksi dan seksualitas di Bacarita Kespro agar mereka tahu hak atas kesehatan reproduksi dan seksualitas mereka.
Karena faktanya, hak mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas itu adalah hak asasi manusia. Maka Kak Tata dan Tim Tenggara NTT akan terus menggaungkannya dan terus memperjuangkannya.
7 Langkah yang Dilakukan Tenggara NTT dalam Upaya Mengedukasi Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual Anak dan Remaja melalui Bacarita Kespro
Bacarita Kespro, diambil dari bahasa Melayu Kupang. Kurang lebih seperti kita bercerita lepas (bak bacarita saja) tanpa beban, meskipun kondisi sebenarnya banyak beban. Dengan anak-anak dan remaja yang hadir di sana bisa bercerita lepas, maka harapannya Tim Tenggara NTT bisa mendapatkan metode yang benar dalam pendampingan pemulihannya.
Dan di bawah ini adalah langkah-langkah yang biasa Kak Tata dan Tim Tenggara NTT lakukan dalam perjuangannya mengedukasi hak kesehatan reproduksi dan seksualitas di kawasan Indonesia Timur melalui Bacarita Kespro:
Riset Target dan Sasaran Terlebih Dahulu
Sebelum Tim Tenggara NTT bergerak melakukan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, langkah pertama yang teman-teman Tenggara NTT lakukan adalah melakukan riset target dan sasaran edukasinya. Dicek dulu audiens yang bakal hadir terdiri berapa anak laki-laki dan berapa anak perempuannya? Usia mereka berapa saja? Dan apakah pernah terpapar kasus yang berhubungan dengan isu seksual?
Setelah riset target dan sasaran dilakukan, maka Tim Tenggara NTT mulai menentukan metode yang tepat dalam edukasinya.
Modul dari International Technical Guideline UNFPA sebagai Acuan
Dalam melakukan edukasinya Tim Tenggara NTT mengacu pada standar guideline yang dikeluarkan International Technical Guideline UNFPA.
Dari guideline tersebut anak-anak yang hadir dijelaskan dulu (sembari bermain) tentang anatomi tubuh (dasar), misal dengan menggunakan kalimat seperti ini, “Selain kalian punya hidung, mata, telinga, kaki dan tangan, kalian juga mempunyai organ tubuh lain yaitu ini, yang fungsinya adalah ini dan cara merawatnya seperti ini.” (dalam penjelasan bergambar).
Setelah itu baru diperkenalkan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas terkait pubertas, kehamilan, relasi pertemanan dan lainnya.
Sembari Bermain
Metode edukasi Bacarita Kespro yang dilakukan Tim Tenggara NTT dibuat semenarik mungkin agar audiens yang hadir merasa nyaman dan senang. Mereka melakukannya diantara permainan-permainan seru disertai alat peraga, terkadang dengan diskusi-diskusi ringan dan yang pasti selalu mengedepankan komunikasi dua arah antara Tim Tenggara NTT dan target edukasi.
Hal ini dilakukan karena Tim Tenggara NTT merasa perlu belajar dari anak-anak dan remaja yang hadir, karena proses kematangan seksualitas dan reproduksi masing-masing anak yang berbeda.
Melibatkan Orang Tua ataupun Pendamping
Kak Tata dan Tim Tenggara NTT menganggap jika edukasi kesehatan produksi dan seksualitas ini seperti sebuah segitiga, dimana setiap sudutnya akan selalu terhubung antara satu dengan lainnya, yaitu antara Anak dan remaja, Orang tua atau pendampingnya dan Tim Tenggara NTT sendiri.
Oleh sebab itu ketiganya harus berperan bersama dalam edukasi ini. Karena jika orang tua atau pendamping tidak diajak komunikasi maka ketika anak sudah diedukasi dan kembali pulang ke rumah, lalu mereka menanyakan hal yang sama ke orang tua atau pendampingnya dikhawatirkan terjadi blocking dari orang tua atau pendamping karena merasa anak masih belum cukup umur mengenal edukasi tersebut. Hal ini bisa membuat edukasi yang diberikan teman-teman Tim Tenggara NTT jadi kurang berhasil.
Bersama Tim Advokat Tenggara NTT Mengetuk Pemerintah Terkait Layananan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada Anak dan Remaja Secara Komperhensif
Perjuangan edukasi kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak dan remaja (melalui Bacarita Kespro) oleh Kak Tata dan Tim Tenggara NTT tak hanya dengan sosialisasi ke masyarakat saja, akan tetapi bersama tim advokatnya mencoba mengetuk pemerintah melalui kebijakan kesehatannya guna memberikan layanan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komperhensif di instalasi kesehatan pemerintah yang ada, seperti puskesmas, rumah sakit dan lainnya.
Selain itu Tenggara NTT dan tim advokatnya berusaha mengetuk pemerintah untuk mau membentuk duta komunikasi kesehatan seksual dan reproduksi pada anak dan remaja agar komunikasi masalah kesehatan seksual dan reproduksi lebih cepat tertangani.
Edukasi di Media Sosial
Tim Tenggara NTT bersama komunitas kesehatan seksualitas lainnya yang tergabung dalam Community of Practice saling mendorong membuat konten terkait edukasi kesehatan reproduksi dan seksualitas yang benar untuk membendung konten yang salah, terkait edukasi kesehatan seksual dan reproduksi yang selalu mengkaitkan dengan pornografi.
Melakukan Pendekatan Kontektual Berbasis Lokal
Pendekatan kontektual yang dilakukan Tim Tenggara NTT menggunakan pendekatan berbasis lokal, dimana 90% sosialisasi edukasi yang dilakukan pada rural area dan hanya 10% saja yang dilakukan ke sekolah-sekolah.
Oleh karena itu Kak Tata dan Tim Tenggara NTT akan berkoordinasi dengan komunitas-komunitas yang ada di desa untuk saling bersinergi memberikan layanan edukasi ini.
Oke Teman Blogger, di atas adalah cerita Kak Tata dan Tim Tenggara NTT dalam perjuangannya mengedukasi anak-anak dan remaja di NTT, khususnya di kota Kupang terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas yang anak-anak dan remaja alami di sana. Perjuangan yang tak mudah karena harus menerobos stigma tabu yang sudah melekat di masyarakat, harus masuk ke pelosok pedesaan bersama komunitas desa setempat, serta mampu memberikan ruang yang aman dan nyaman bagi anak-anak dan remaja untuk bercerita masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas mereka.
Keren ya, apa yang dilakukan Kak Tata dan teman-temannya di komunitas Tenggara NTT ini? Oleh sebab itu di tahun 2020 lalu Kak Tata menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 tingkat nasional di bidang kesehatan dari PT Astra Internasional Tbk, sebagai penggerak Kampung Berseri Astra.
Salut dan apresiasi setinggi-tingginya atas semua kerja keras Kak Tata dan Tim Tenggara NTT dalam memperjuang hak kesehatan seksual dan reproduksi pada anak dan remaja ini melalui edukasi program Bacarita Kespronya.
Semoga yang dilakukan Kak Tata dan Tim Tenggara NTT bisa terus berlanjut dan berkesinambungan.
Semoga Tenggara NTT kedepannya bisa menjadi sebuah organisasi sosial entrepreneur yang solid dengan memberi kebermanfaatan hingga ke seluruh pelosok Indonesia melalui modul-modul edukasi kesehatan seksual dan reproduksi berbasis lokal sesuai impian Kak Tata.
Yuk, Teman Blogger mari lebih peduli pada masa transisi (peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja) yang terjadi pada anak-anak kita, adek-adek kita, keponakan-keponakan kita agar selama masa pubertas yang mereka alami, mereka paham langkah awal apa yang hasus dilakukan dan kepada siapa mereka bertanya pertama kali atas kegundahan perubahan bentuk tubuh, emosi yang labil dan masalah kesehatan reproduksi serta kesehatan seksualitas lainnya yang mereka alami.
Karena sejatinya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas ini adalah kunci dari masalah ke”eror”an remaja saat ini yang berawal dari perubahan hormon tubuh pada kesehatan seksual dan reproduksi mereka, namun tidak tertangani dengan baik.
Mari kita dengan segala keterbatas berusaha menjadi Kak Tata di rumah mungil kita, agar hak kesehatan seksual dan reproduksi anak-anak kita terawat, terjaga dan terpenuhi hingga anak-anak dan remaja kita bisa menatap masa depan lebih baik dan makin berdaya.
Yuk, Tetap semangat untuk Hari Ini dan Masa Depan Indonesia!
Salam,
Kinan
Sumber Penulisan:
Podcast Yayasan Bakti NTT: BACARITA Kespro bersama Tenggara NTT
E-book SATU Indonesia Awards 2023
45 Komentar. Leave new
Awal 2023 IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengeluarkan rekomendasi seputar kekerasan seksual pada anak karena Indonesia dihadapkan pada situasi DARURAT kekerasan seksual pada Anak.
JAdi, saat ini Indonesia sedang butuh sosok-sosk seperti Mariana Yunita Hendrayani Opat yang dengan gagah berani menyuarakan hak kesehatan seksual dan reproduksi… Sehat selalu ya Kak Yunita…
Benar dokter Taufiq, Darurat banget memang, ya dok. Dari sini pun saya mulai paham kapan seharusnya edukasi terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas ini dikenalkan pada anak-anak.
Yang pasti sebagai ibu, dengan bersinergi bersama suami harusnya kita bisa punya banyak waktu untuk menjadi Kak Tata (Mariana Yuniata Hendrayani Opat) di rumah mungil kita. Agar anak-anak kita tahu dan peduli pada kesehatan reproduksi mereka , mereka paham Do n Does’nt terkait kesehatan reproduksinya, sebelum masa pubertas mempengaruhi kesehatan seksualitas mereka.
Harus ada orang2 yg kuatt, tangguh dan luarrr biasa seperti ini. karena kasus kekerasan seksual makin menjadi jadi ya mba.
semogaaaa makin banyak yg inspired, dan bs menggaungkan semangat ini.
Ya Mbak Nurul, semoga makin banyak khalayak yang mau menggaungkannya. Karena nggak semua dari mereka para penyintas kekerasan seksual punya support system yang benar.
Masya Allah, mulia sekali. Bener Mbak, banyak korban kekerasan dan pelecehan seksual yang nggak berani speak up. Sering terjadi, ketidakberanian itu karena masyarakat sekitar, media, dan bahkan pihak yang seharusnya melindungi justru memojokkan korban dan menempatkan korban sebagai pihak yang bersalah.
Keren banget upaya yang dilakukan Kak Tata dan Tim Tenggara NTT yang bisa memberikan tempat dan ruang yang aman untuk anak-anak dan remaja di sana bercerita terkait masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas yang mereka alami. Semoga dengan adanya program seperti ini, masyarakat khususnya anak-anak muda semakin tereduksi supaya mereka bisa tumbuh sehat tanpa masalah dan penyakit.
Pas banget anak2ku udah mulai usia memasuki preteens emang penting banget nih mengawasi anak lebih ketat lagoi, mengarahkan yang baik dan menjauhi yang buruk kyk gimana.
Apalagi masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas ini perlu ditekankan supaya anak2 gak jadi generasi yang cuma taunya cinta2an tapi kudu mikir risiko ke depan bagaimana ya.
Bener mbak, pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komperhensif menurut Kak Tata bukan hanya anak tahu organ reproduksinya itu apa dan fungsinya untuk apa, bukan hal itu saja.
Namun anak-anak harusnya juga tahu hak atas tubuh mereka, mereka punya pilihan atas tubuhnya dan mereka harusnya tahu cara menghormati anggota tubuh (reproduksi) yang mereka miliki.
Dan ketika terjadi permasalahan dengan kondisi kesehatan reproduksi dan seksualitasnya, harusnya anak dan orang tua juga tahu apa yang harus mereka akses.
Isu kespro dan edukasi kesehatan reproduksi memang gak boleh dianggap enteng ya Mbak. Apalagi generai saat ini memiliki banyak akses informasi yang gampang untuk diraih. Jika penyerapan info pribadi mereka tidak mumpuni, akan timbul masalah-masalah yang serius kedepannya. Termasuk salah satu adalah kehamilan sebelum menikah dan di bawah umur.
Jadi saya mendukung penuh kegiatan Kak Tata dan Tim Tenggara NTT. Kegiatan positif seperti ini patut dapat dukungan publik, pemerintah, dan pemerhati soal kesehatan serta pendidikan untuk generasi sekarang. Bahkan diharapkan agar program ini dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Bener banget Mbak Annie, isu ini perlu banyak dukungan publik agar khalayak tak hanya menyalahkan remaja atau anak-anak saja setelah mereka melakukan kesalahan yang mengarah pada seksualitas. Tapi pemerintah dan masyarakat perlu mulai melakukan langkah yang tepat, contohnya modul yang tepat seperti apa yang harusnya orang tua dan para pendidik lakukan ketika memberikan pengetahuan terkait literasi kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak dan remaja ini. Jadi orang tua dan pendidik punya arah yang benar dalam edukasi ini.
Kak Tata dan Tim Tenggara NTT, salut untuk apa yang telah mereka lakukan untuk anak-anak di NTT. Sebagai penyintas kekerasan seksual, kak Tata pasti lebih bisa berempati ketika anak anak mau bercerita mengenai apa yang pernah dialami. Tindakan pencegahan pun juga penting. Bacarita kespro, pemilihan nama yang mudah diingat, namun bermakna dalam.
Benar Mbak Nanik, dalam banget sedalam kegigihan mereka menyuarakannya.
Salut bener saya sama Kak Tata dan Tim Tenggara NTT ini.
What’s up i am kavin, its my first occasion to commenting anywhere, when i read this paragraph i thought i could also make comment due to
this brilliant paragraph.
HKSR ini memang penting untuk selalu disosialisasikan secara merata di seluruh Indonesia. Keren hadirnya Bacarita Kespro ini untuk mendukung hal tersebut
Yess, bener banget Teh Fenni.
Keren banget Kak Tata, mengedukasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dengan cara asyik
Karena banyak banget ortu yang menganggap tabu dan akhirnya anak mengetahui dengan cara yang salah
Benar Ambu, edukasi yang asyik dan terarah, sehingga anak-anak tahu langkah yang benar dan akses yang benar ketika bermasalah dengan kesehatan reproduksi dan seksualitasnya.
Bukan dengan stalking sosmed atau bertanya pada teman yang salah.
Salut dan bangga pada Kak Tata. Sungguh menginspirasi Metode edukasi Bacarita Kespro yang dilakukan Tim Tenggara NTT ini, tak hanya dibuat semenarik mungkin tapi membuat yang hadir merasa nyaman dan senang
jadinya lebih nyaman tatkala berdiskusi ya mbak, gak ada gap atau rasa tabu dan seakan sok tahu, karena disampaikan secara asik
Masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak dan remaja ini penting banget ya. Banyak kasus pelecahana seksual pada anak dan remaja. Sedangkan mereka tidak sadar kalau sudah mengalami pelecehan seksual. Miris banget. Sukses terus Bacarita Kespro dan Tim Tenggara NTT
Kak Tata menginspirasi sekali untuk seluruh perempuan di Indonesia agar berani utk memberikan edukasi kesehatan reproduksi. Semoga dapat menginspirasi masyarakat lainnya
Setuju sekali kak pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas ini adalah kunci Kita harus lebih perduli pada anak-anak ya mbak
This is the perfect web site for anybody who wants to understand this topic.
You understand so much its almost hard to argue with you (not
that I actually would want to…HaHa). You certainly put a brand new spin on a subject which has been written about for years.
Excellent stuff, just wonderful!
Selalu salut sama gerakan-gerakan seperti ini. Keren banget bisa menjadi penggagas untuk gerakan yang luar biasa berdampak. Untuk sampai ke sana pasti banyak pengorbanan dan perjuangan. Semoga makin banyak anak muda yang punya pemikiran dan gerakan keren seperti ini.
Aduh, koq ngenes ya baca ceritanya. Gak kebayang jadi ortunya. Pendidikan seks itu mestinya bukan cuma untuk anak perempuan lho Kak. Anak laki-laki juga harus dididik agar tahu cara menghormati perempuan dan menghindari predator
Bahkan anak laki-laki yang cerdas, lugu dan baik hati pun sekarang bisa terjebak dalam arus masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas ini karena para remaja putri, loh.
Jadi bukan masalah anak laki-laki atau anak perempuan yang bersalah.
Mohon lepaskan pada siapa yang bersalah, tapi mari mencoba mulai bagaimana memberikan edukasi yang benar tentang masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas ini.
Senang banget kalau dengar ada edukasi sistem reproduksi gini. Jadinya remaja lebih aware kesehatan.
Semoga makin banyak orang-orang seperti Kak Tata yang punya konsern terhadap masalah reproduksi yang topiknya masih dianggap tabu sehingga ortu pun kurang bisa terbuka. Padahal ini isu penting yang bisa cegah pernikahan dini atau hamil usia dini.
keren ya, jadi malu, padahal desa sebelah sini ada pernah ditemukan anak SD yang hamil, dan tetap sekolah, dia nggak tahu dirinya hamil, orangtuanya juga, karena si anak tidak tahu konsekuensi dari berhubungan dengan orang dewasa dikira hanya main-main saja huhu.
Begitulah kalau sedari kecil sudah pacaran, pacaran sesama anak-anak yang masih labil. Sebagai orang tua harus jeli dan mengawasi dengan baik agar masa depan anak terarah dengan baik.
Pengawasan yang bisa memberikan ruang aman dan nyaman bagi anak-anak dan remaja kita agar mereka bisa bercerita lepas ke orang tuanya, termasuk masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas yang sedang mereka alami. Bukan untuk mengontrol, stalking aktivitas anak ataupun menghakiminya, karena anak pasti merasa takut dan akan terus menyembunyikan status pacarannya.
Nah, sudah kah kita sebagai orang tua atau orang yang dituakan mereka melakukannya?
Masyallah pentingnya edukasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas pd anak, sy sbg orang tua wajib berperan penting dlam menjelaskan agar anak tidak terjebak dalam pergaulan bebas.
Penting banget edukasi masalah organ penting dalam tubuh. Biar anak-anak mengerti dan paham, jangan sampai mendapatkan pelecehan seksual. Harus bisa menjaga ‘aset’ pentingnya.
Banyak orang tua merasa tabu saat diskusi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas ke anaknya. Padahal sepenting itu, kerjasama orang tua di rumah dan sekolah sangat dibutuhkan agar remaja Indonesia lebih banyak berkarya ketimbang terjerumus ke hal negatif.
Jaman sekarang pendidikan dan edukasi tentang kesehatan reproduksi/seksual di kalangan anak muda/remaja sudah sangat sedemikian penting
karena sudah banyak sekali kasus terjadi yang mana pergaulan bebas yang membuat kasus hamil di luar nikah atau bisa juga kekerasan di kalangan remaja juga ya
tentu saja perlunya pendampingan orang tua juga
MasyaAllah..keren sekali perjuangan Kak Tata dan tim di NTT ini. Semoga banyak remaja-remaja terselamatkan dari masalah Kesehatan Reproduksi akibat kekurangtahuan mereka.. Sukses selalu ya..
Tiba-tiba ingat kasus di NTB kemarin entah NTT yang setelah akad nggak sampai semenit langsung ditalak konon beritanya nikah karena hamil duluan, dari pihak keluarga si laki-laki enggak setuju mau lepas tangan gitu kasian banget kita yang dengar aja stress apalagi wanitanya ya walau beritanya terakhir mereka rujuk lagi, emang cewek tuh paling dirugikan kan dalam konteks ini ya.
Memang isu kekerasan seksual ataupun hal serupa ini rasanya semakin marak. Salah satu solusinya saya rasa dengan memberikan edukasi yang tepat sesuai usia anak, sehingga mereka paham apa saja yang harus diketahui perihal ini. Sayangnya masyarakat, khususnya remaja, tak hanya di daerah, bahkan di kota besar saja mungkin belum semua terjangkau dengan informasi ini. Salut dengan Kak Tata yang akhirnya melahirkan Bacarita Kespro untuk warga NTT.
Senang sekali ada orang yang peduli akan kesehatan reproduksi
Dan mau mengedukasi masyarakat daerah terpencil seperti ini
Begitu luhurnya. Ya, betul Mbak, banyak korban kekerasan dan pelecehan seksual yang tidak berani bersuara. Seringkali, ketidakberanian itu disebabkan oleh sikap masyarakat sekitar, media, dan bahkan oleh pihak yang seharusnya memberikan perlindungan, namun justru menyalahkan korban dan menempatkannya sebagai pihak yang bersalah.
Bagus banget programnya. Edukasi kesehatan terutama tentang reproduksi ini penting untuk anak-anak pahami dan ketahui, apalagi yang sudah menuju usia remaja. Semoga setelah NTT, menyusul ke daerah lain.
Semangat berbagi ya kak semoga terus menginspirasi orang lain di sekitar
keren ini ada orang2 seperti Kak Tata yang mengedukasi pentingnya literasi kesehatan seksual dan reproduksi pada anak dan remaja. Edukasi sejak dini bisa mencegah anak2 dan remaja dari kekerasan seksual.
Alhamdulillah, kini semakin banyak orang yang peduli dengan hak perempuan.
Kemarin aku diceritakan juga sama kakak ipar kalau di kampus ITS uda dibentuk satgas anti kekerasan seksual. Jadi perlindungan banget bagi anak perempuan yang dilecehkan dan malu untuk membuka diri dan bercerita.
sebagai orang tua jujur aku takut banget nih kalau anak-anakku terutama yang perempuan dapat pelecehan seksual atau kekerasan seksual. apalagi sekarang itu banyak kasus revenge porn gitu kalau pacaran. semoga saja anak-anak kita selalu dilindungi dari hal buruk ya mbak