Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah, maka perhatikan langkahmu!”
- Thomas S. Monson-
Perjalananku menjadi seorang ibu dimulai ketika Allah Swt anugerahkan putra kecil nan lucu diantara kehangatan keluarga kecil kami. Puji syukur tak henti kami panjatkan pada Ilahi Robbi atas anugerah luar biasa ini. Lengkap sudah takdir diri sebagai perempuan atas anugerah menjadi istri sekaligus ibu dari Sang Khalik.
Namun, kendala muncul manakala cuti mendekati akhir dan menuntut diri ini untuk kembali berkutat dengan pekerjaan kantor. Maka dengan berat hati pengasuhan si kecil akhirnya kami titipkan pada si “mbak” pengasuh. Ada sedih, rindu dan rasa bersalah kala tatapan netra mungilnya seolah berkata tak ingin diri ini meninggalkannya walau sedetik. Meski berat dengan rida suami dan dukungan bapak ibu akhirnya kuberanikan diri untuk terus melangkahkan kaki, mengayuh rezeki dan menggapai mimpi dari luar rumah.
Sebenarnya keputusan untuk menjadi ibu pekerja kupilih bukan karena ego ataupun arogansi semata. Namun, lebih karena adanya keinginan untuk membahagiakan bapak dan ibu diusia senja beliau dengan berusaha terus mandiri. Hal ini sebagai wujud apresiasi diri sebagai anak atas hasil perjuangan beliau yang berkenan menyekolahkan diri ini hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Satu kondisi yang tak mudah karena bapak hanya seorang pensiunan dengan kondisi lumpuh, sedangkan ibu hanya seorang guru di sekolah dasar dengan jumlah potongan gaji yang nyaris menyamai nilai gaji beliau, karena waktu itu belum ada uang sertifikasi guru.
Meski aku bekerja, sebagai ibu diriku selalu bertekad membersamai tumbuh kembang putra kecil kami. Dengan selalu peduli akan kondisi psikisnya, peduli pada karakternya, peduli pada akhlaq maupun ibadahnya, asupan gizinya serta peduli pada karakter pengasuh yang menjaganya.
Kala dia masih dalam buaian hingga masa pra sekolah, masalah yang rentan terjadi adalah urusan Asisten Rumah Tangga (ART). Hal ini tak lain karena ART adalah perpanjangan pengasuhan kita kala berada di luar rumah, apalagi keluarga kecil kami jauh dari sanak saudara. Oleh karena itu penting bagiku untuk bisa mendapatkan ART yang baik, karena ART yang baik akan mampu menerjemahkan pikiran – pikiran positifku dalam pola asuh pada si kecil.
Walau harus berganti – ganti ART, namun atas kebaikan Allah Swt pulalah akhirnya kami dipertemukan dengan ART pengganti yang baik. Oleh sebab itu disetiap kali pergantian ART maka lantunan doa selalu kupanjatkan agar bisa dipertemukan dengan ART pengganti yang baik, yang mau menjaga, membersamai dan melindungi putra kecil kami saat diri ini harus beraktivitas di luar rumah.
Dikarenakan pekerjaanku tak mengharuskan full time di kantor, maka ada kondisi dimana aku bisa langsung ke area tanpa harus ngantor. Kondisi ini sering kugunakan untuk bekerja paruh waktu sambari sesekali menemani si kecil bermain ataupun menyuapinya sambil menemani si “mbak” kala momong putra kami. Situasi ini juga kulakukan untuk sidak akan aktivitas si “mbak” terkait cara momongnya dengan mengajaknya ngobrol santai bersama.
Tugas dan tanggung jawab mulai kami kenalkan pada putra kami semenjak dia masuk kelas play grup di masa pra sekolah dengan cara bermain. Seperti cara membereskan mainan, cara berbagi permainan dengan teman, pun tentang manarik minatnya untuk belajar peduli dan berbagi. Semua kami kenalkan padanya dengan cara bermain sembari menemani keasyikannya sambil bercerita.
Kami tak pernah membebani si kecil akan sebuah ekspektasi pencapaian terbaik disetiap momen tumbuhnya. Kami mengajarkan cara agar dia bisa bermanfaat dan peduli pada sesama hingga dia tumbuh menjadi pribadi mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Kala mengerjakan pekerjaan rumah, tugas-tugas dari sekolah ataupun kala ujian sekolah mulai membersamai hari–harinya, kami berusaha hadir menemani dan mencoba membantu masalah–masalah sekolahnya. Akan tetapi hasil akhir harus dia sendiri yang menyelesaikannya.
Kami berusaha tak mengerjakan tugas sekolahnya dan membiarkannya menyelesaikan semua tugasnya sendiri walaupun terkadang hasilnya tak memuaskan. Karena menurut suami kita harus tega untuk tidak mencampuri tanggung jawabnya sedari dia kecil, agar dia bisa berlatih mandiri dan menyelesaikan semua kesulitannya sendiri.
Seminggu dua kali selama satu jam kami mendatangkan ustaz ke rumah untuk mengajari si kecil belajar mengaji dan menelaah agama. Belajar mengaji ini kami lakukan semenjak si kecil masuk taman kanak-kanak. Puji syukur pak ustaz pribadi yang baik. Beliau benar-benar tahu bagaimana cara menghandle anak kecil hingga si anak berpikir jika belajar Al-Qur’an menjadi sesuatu yang menarik.
Pak Ustaz seringkali mendongeng tentang kisah-kisah nabi ataupun orang bijak terlebih dahulu sebelum sesi belajar mengaji. Beliau pun mengakhiri belajar mengajinya dengan bercerita aktivitas sehari-hari sebagai muslim yang baik.
Metode pak ustaz cukup membuat si kecil kami antusias dalam memperdalam agama. Kami pun terkadang menanyakan perihal agama yang tak kami pahami pada pak ustaz.
Sungguh betapa beruntungnya kami akan kehadiran pak ustaz ini. Hanya saja di penghujung masa sekolah dasar si kecil pak ustaz berpulang, kami merasa sangat kehilangan. Rasanya ditinggal beliau seperti ditinggal orang tua sendiri.
Menjelang remaja Kami mengajarkannya tentang arti sebuah komitmen, arti mengambil keputusan dan arti tanggung jawab. Salah satunya dalam memilih teman, karena masa remaja sangat riskan akan pergaulan yang salah.
Kami tak bisa mengekangnya karena dia punya mimpi dan imajinasi tentang kehidupannya sendiri. Yang kami lakukan hanya memperbaiki intensitas komunikasi dengannya, komunikasi dua arah yang asertif, tanpa penghakiman dan saling support.
Lantunan doa pun tak putus kami panjatkan di setiap selesai salat, agar Allah Swt selalu menjaganya dari segala keburukan, kezaliman dan lingkaran pertemanan yang tidak baik.
Alhamdulillah ikhtiar kami membuahkan hasil, kala putra kami memasuki jenjang sekolah menengah pertama dia termasuk salah seorang siswa yang ikut kelas percepatan hingga masa SMP-nya hanya perlu ditempuh dalam dua tahun saja.
Dan ketika lulus dari sekolah menengah atas, Puji syukur dia kembali terpilih sebagai siswa terbaik pemeringkatan jurusan IPA dan berhasil masuk jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga dari jalur prestasi.
Ucap syukur pastinya tak henti kami panjatkan. Meski pontang – panting urusan rumah dan kantor, akan tetapi karena ikhtiar membersamai titipan Ilahi ini karena-Nya, alhamdulillah semua urusan pun akhirnya dimudahkan-Nya.
Segalanya pasti tak ada yang mulus dan sempurna, namun jika Allah bersama kita, insyaaAllah langkah kita dalam membersamai si kecil menjadi remaja menjadi lebih mudah dan indah dalam bimbingan-Nya.
Inilah perjalanan kami dalam membersamai si kecil menjadi remaja, semoga mendapatkan hikmah dari perjalanan kami ini Teman Blogger. Tetap semangat dan tetap peduli dalam langkah-langkah kecil dalam membersamai tumbuh kembangnya, ya!
Salam,
–Kinan –
23 Komentar. Leave new
alhamdulillah, seru neh cerita perjalanan mendidik anak secara islami dan sesuai sunnah . Semoga menjadi ibrah untuk kami dan orang tua lainnya ketika diberikan rezeki buah hati
Aamiin Allohumma Aamiin, terima kasih doanya Kak Hafif.
Masya Allah. Walaupun di tengah kesibukan, Ibu tetap sempat mendidik anaknya agar menjadi yang terbaik. Salut, Bu.
Alhamdulillah Kak Zul, saya butuh support system juga kak, seperti suami, orang tua dan ART kala si kecil masih duduk di sekolah dasar.
Waktu terus berjalan. Dan tau-tau anak sudah tumbuh remaja ya, Mbak. Namundari cerita Mbak Kinan, bekal untuk si abang sudah sangat mumpuni, termasuk menghadirkan ustad ke rumah untuk belajar ngaji. plus lewat dongeng juga disampaikan pesan-pesan moral. Terus dipantau dan menjadi teman, karena masa remaja masa mencati jati diri.
Jadi ingat zaman masih kerja dan anak-anak masih kecil. Samma nih, gonta-ganti ART. Bahkan ada yg cuma seminggu…wkwkwk. Alhamdulillah ya, sebagai Ibu bekerja, perjuangan anak sudah remaja dan diterima di PTN, melegakan hati. Rasanya jerih payah mb Kinan terbayar kontan.
MashaAllah. Begitulah perjalanan sebagai orang tua ya Mbak. Menjadi orang tua pun pelajarannya tak pernah berhenti. Terus mengalir mulai dari melahirkan hingga akhirnya terpisah karena maut. Semoga ananda selalu dimudahkan segala urusannya. Dimurahkan rezekinya, disehatkan jiwa dan raganya, dan selalu menjadi qurotta’ayun bagi kedua orang tua. Aamiin Yaa Rabbalalaamiin.
Saya jadi merasa mengalami sendiri. Bedanya, saya justru harus jadi IRT dari awal menikah. Semua karena keterbatasan saya sekaligus menaati permintaan suami yang tidak berkenan saya bekerja. Sedangkan hati berontak karena ingat bagaimana sulitnya orang tua menyekolahkan saya.
Di sisi lain bersyukur bisa mendampingi anak di usia bayi hingga balita, tapi di sisi lain saya tersiksa karena punya cita-cita yang tehenti. Ditambah dengan beragam risiko ekonomi dan rasa rendah diri saat disepelekan orang lain.
Namun, semua sudah berlalu, alhamdulillah saya mendapatkan rezeki berupa pekerjaan di rumah. Semua ada risikonya sih intinya, namun kita bisa memilih yang paling minim risikonya sesuai keadaan kita.
Ah, alhamdulillah. Senang ya mbak melihat anak yang akhirnya tumbuh remaja dan bisa saling bantu pekerjaan di rumah
MasyaAllah. Memang membesarkan anak, membersamai mereka, membimbing mereka, menurut saya adalah tugas seumur hidup ya Mbak. Bahagia rasanya bisa melihat anak-anak tumbuh sampai sebesar usianya sekarang. Walau perjalanannya mungkin tak selalu yang mulus-mulus saja, tapi setuju, asalkan Allah ridho, insyaAllah baik ya Mbak akhirnya.
Masyaallah, aku juga sedang ada pada tahap ini, mbak.
Dua anakku hanya berjarak setahun dan sekarang masuk usia remaja.
Duhh, nano nano rasanya.
Kencengin doa dan berusaha keras jadi ibu yang bisa dibanggakan anak. Aamiin
Senang sekali membaca bagian mbak bersama suami tak mengerjakan tugas sekolah putranya, biarkan dia sendiri yang mengerjakan, apapun hasilnya itu adalah proses pembelajaran buat dia ya mbak.
Hihi… soalnya saya tuh suka gemes kalau ada teman kantor, yang tiap hari ngeluh mesti ngerjain tugas sekolah anaknya.
Selamat Mbak, rasanya plong ya?
saya juga mengantar ke-4 anak dengan doa
kerena beberapa kerabat tiba-tiba mogok, ada yang gak mau kuliah lagi
ada lagi yang mau pindah fakultas
Beruntung gak terjadi, semua mulus dan sekarang udah bekerja
Wah suka sekali dengan cara Pak Ustaz mengajar mengaji, tidak hanya mengaji Al Quran namun juga mengaji sirah melalui kisah-kisah yang disampaikan. Dan itu tertanam pada anak.
Ikut senang dan bangga dengan perkembangan ananda yang bisa tumbuh remaja dengan bekal yang tepat. Moga sukses ya
MashaAllaa~
Barakallahu fiikum. Selamat atas diterimanya ananda di Unair dengan jurusan yang diinginkan. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga dari jalur prestasi.
Semoga langkahnya menjadi lebih mudah dan lancar dalam studi dan keinginan berikutnya.
Doa orangtua maha dasyat yaah, kak..
Niat membahagiakan orangtua, rejeki ka Nanik pun lancarr..
Semoga selalu sehat dan hadi putra yang membanggakan ya
Jadi ingat anak saya juga. Tahun ini lulus sekolah dasar, gak lama lagi dia pasti banyak berubah. Mau remaja dan menuju dewasa nanti tau tau gak kerasa ya
Punya anak memang perjalanan yang luar biasa ya kak. Pastinya terasa cepat sejak menggendongnya sejak bayi
MashaAllaa..
Tabarakallahu.
Kisahnya menginspirasi untuk para orangtua agar tidak lupa terus berdoa dan memberikan keluarganya yang terbaik. Karena itulah yang menjadi bekal (contoh) untuk anak-anak.
Masya Allah perjalanan menjadi seorang ibu itu memang luar biasa. Saya pun ingin mengulang ketika anak2 masih kecil
masyaAllah memang untuk bisa menjadikan anak kita menjadi anak yang soleh itu harus diupayakan dari kecil ya. anakku masih kecil-kecil nih semoga nanti juga bisa menjadi anak yang soleh dan solehah dan tentunya juga mendapat pendidikan yang baik
MasyaAllah, inspiratif nih cerita perjalanan mengasuhnya. Saya sempat juga mengalami dilema ibu bekerja mba, sekarang memilih jadi freelancer agar bisa mendampingi anak
Mbaaak masyaallah banget. Anaknya luar biasa keren sama seperti ayah ibunya. Itu pas SMP masuk kelas percepatan ya. Terus pas SMA jadi siswa pemeringkatan terbaik di jurusan IPA sampe berhasil masuk Univ Airlangga jurusan ilmu komunikasi lewat jalur prestasi.
Mbaaak masyaallah banget. Anaknya luar biasa keren sama seperti ayah ibunya. Itu pas SMP masuk kelas percepatan ya. Terus pas SMA jadi siswa pemeringkatan terbaik di jurusan IPA sampe berhasil masuk Univ Airlangga jurusan ilmu komunikasi lewat jalur prestasi. Bener-bener membanggakan