Persiapan Malam Tirakatan 17 Agustus
Sore itu perjalan dari Surabaya ke Sidoarjo terasa lengang dan panas. Lngit cerah tak ada pertanda akan turunnya hujan.
Sepulang dari kantor, disepanjang jalan depan rumah bapak-bapak nampak hilir mudik dengan peralatannya. Ada yang membawa sapu lidi, tang, tali tampar, lampu, kabel gulung, martil dan lainnya.
Para bapak sangat antusias membersihkan jalan sepanjang gang, sibuk membuat dekor untuk panggung, menyiapkan sound system dan memasang lampu untuk tambahan penerangan. Tak ketinggalan meja hidangan dan tikar untuk alas tamu juga mulai disiapkan.
Anak-anak riuh berlarian. Sambil bermain mereka membantu para bapak yang sibuk dengan perlengkapannya. Terlihat sibuk dan bersemangat mereka.
Sedangkan para ibu berkumpul di rumah warga yang sudah disepakati sebagai tempat persiapan sajian makanan. Kami mulai mempersiapkan hidangan di meja dan di tikar lesehan yang sudah disapkan bapak-bapak untuk para tamu yang akan hadir.
Warga di gang kami sangat bersemangat mempersiapan acara nanti malam. Acara tahunan yang digelar setiap tanggal 16 Agustus malam disetiap sudut RT di kota kami, daerah Surabaya dan Sisoarjo. Yaitu Acara Malam Tirakatan 17 Agustus.
Acara malam tirakatan RT kami kali ini bertempat di gang depan rumah, sehingga yang ditunjuk sebagai panitia acara adalah semua warga perumahan di gang kami.
Berdasarkan kesepakatan bersama untuk malam tirakatan kali ini tak ada acara masak bersama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebagai gantinya kami bergotong royong menyiapkan hidangan bersama atas kesadaran masing-masing dalam bentuk sumbangan makanan.
Setiap keluarga dari deret gang ini diharapkan menyumbangkan makanan, minuman atau kue sesuai kemampuan masing-masing, tanpa paksaan. Menjelang isya’ alhamdulillah makanan dan kue yang terkumpul kian bertambah, bahkan akhirnya malah berlimpah..
Ada tumpeng, sate ayam, sup ayam, mie goreng, aneka lalapan, capcay goreng, buah dan berbagai ragam kue lainnya. Minuman pun juga beragam, mulai es hingga kopi pongah ala-ala pun hadir meramaikan hidangan malam itu.
Tak lupa hadiah lomba juga sudah disiapkan oleh ibu-ibu. Tampilan hadiahnya dibuat sederhana tapi dikemas cantik agar berkesan dan bermanfaat. Seperti buku, pulpen dan aneka perlengkapan sekolah, sunlight, mie instant, sabun dan beberapa perlengkapan rumah tangga lainnya.
Acara Malam Tirakatan 17 Agustus
Tepat pukul 19.00 WIB, acara pun dimulai. Bapak RT membuka acara dengan doa penuh syukur atas kemerdekaan dan kedamaian yang kini kita dapatkan. Nasi tumpeng lengkap beserta lauk dan sayurannya dihadirkan malam itu sebagai simbol wujud atas rasa syukur kemerdekaan ini.
Dalam sambutannya, beliau menjelaskan akan pentingnya kita hadir dalam acara seperti ini, sebagai bentuk kebersamaan, saling menghormati dan menumbuhkan jiwa nasionalisme sebagai warga RT khususnya maupun sebagai warga negara Indonesia.
Tak kalah pentingnya, beliau juga memberikan apresiasi pada warga yang langsung memasang bendera merah putih sejak awal Agustus di depan rumah masing-masing. Menurut beliau sikap tersebut merupakan salah satu wujud nasionalisme kita sebagai warga negara yang baik.
“Kita ini beruntung loh, nggak perlu mengangkat senjata untuk berperang, sudah bisa menikmati kemerdekaan. Beda dengan para pejuang di masa perang kemerdekaan dulu. Mereka harus berjuang mengangkat senjata dahulu agar bisa merdeka, bebas dari penjajah. Nah ini, bapak ibu hanya diminta pasang bendera merah putih saja di bulan Agustus, koq ya susah. Saya lihat masih ada loh warga yang belum memasang bendera hungga malam ini,” sentil Pak RT malam itu.
Waduhh, auto sadar diri nih kami. Siapa ya yang belum pasang bendera merah putih hingga malam ini?
Acara terus berlangsung khidmad, walau dikemas santai sembari duduk lesehan berjejer disepanjang tikar. Untuk sesi selanjutnya adalah pemberitahuan program kerja tahunan RT.
Mumpung semua warga RT hadir, maka para pengurus memberitahukan tentang rencama kerja RT setahun ke depan dan evaluasi kinerja RT setahun yang lalu. Seperti rencana pemasanga CCTV per gang, pembuatan portal, ketersediaan tempat sampah dan lainnya.
Diakhir acara inti ditutup dengan pembacaan doa oleh bapak seksi kerohanian. Doa khusus kami panjatkan teruntuk para pejuang dan pendahulu yang sudah mengorbankan jiwa raga beliau untuk kemerdekaan yang kita rasakan saat ini, serta doa untuk kedamaian bumi pertiwi yang kita cintai.
Karena acara inti selesai, maka acara yang ditunggu-tunggu pun tiba yaitu sesi ramah tamah dan hiburan sembari menyantap hidangan yang sudah disiapkan.
Bapak-bapak mulai mendekati meja hidangan disusul dengan anak-anak dan ibu-ibu. Alahamdulillah hidangan yang kami siapkan akhirnya tandas. Happy banget dong kami. Berarti hidangan yang kami suguhkan sesuai dengan selera bapak ibu warga dan juga para krucil.
Di sesi ramah tamah, hadiah-hadiah pun diberikan. MC acara mendaulat bapak RT dan jajaran pengurus untuk memberikan hadiah pada para pemenang lomba yang diadakan RT maupun kelurahan.
Tak lupa dari panitia juga memberikan doorprise pada lima warga yang hadir tepat waktu, serta undian nomer kehadiran melalui kocokan. Seru banget acara malam itu.
Tepat pukul 22.00 WIB purna sudah acara malam tirakatan ini. Para bapak bersama anak-anak membersihkan jalan gang rumah kami. Untuk dekor dan bekas panggung dibongkar keesokan harinya, karena kami sudah kelelahan malam itu.
Begitu banyak makna di acara malam tirakatan ini. Ada banyak tauladan dan manfaat di acara malam tirakatan 17 Agustus ini. Diantaranya adalah:
1. Memupuk Jiwa Nasionalisme
Di acara seperti ini, kita jadi makin menghormati lambang negara kita, makin bangga dengan lagu-lagu kebangsaan, makin mensyukuri atas nikmat kemerdekaan yang sudah diraih dari keringat dan darah para pejuang pendahulu kita.
2. Memupuk Rasa Kebangsaan
Dengan membaurnya seluruh warga dalam khidmadnya acara. Tak terbersit dibenak kami untuk mempersoalkan asal muasal suku dan golongan diantara kami. Bagi kami, semua adalah satu warga, satu bangsa, satu bahasa dan satu negara, yaitu Indonesia.
3. Memupuk Semangat Gotong Royong
Gotong royong adalah ciri khas budaya kita. Dengan adanya acara seperti ini para warga akan saling membantu, bahu membahu demi kesuksesan acara. Karena hakekatnya sikap individu dan hanya peduli satu golongan bukanlah ciri peribadi masyarakat kita.
4. Makin Memaknai Arti Kemerdekaan
Seperti kata bapak RT di atas, bahwa saat ini kita bersyukur bisa menikmati kemerdekaan. Kita tinggal mengembangkan diri untuk mengisi kemerdekaan tanpa harus berperang mengangkat senjata.
Situasi yang berbeda dengan para pendahulu kita yang harus mengorbankan jiwa raga beliau dahulu demi untuk merdeka, hidup bebas tanpa tekanan dari penjajah.
Dengan acara seperti para generasi muda bisa memaknai arti kemerdekaan yang sudah diraih dengan tidak mudah ini.
5. Makin Menghormati Jasa Para Pejuang
Doa yang kita khususkan untuk para pejuang yang gugur mendahului kita, bisa menjadi pengingat betapa perjuangan beliau bukan hal biasa. Karena jasa beliau lah udara kemerdekaan dan kebebasan bisa kita hirup dengan damai.
Begitulah acara malam tirakatan 17 Agustus yang digelar warga RT kami dua tahun lalu. Acara kebersamaan yang penuh makna dengan semangat nasionalisme dan gotong royongnya.
Kangen juga dengan acara ini, walau lelah kami sangat senang merayakannya. Semoga pandemi ini segera berlalu dan kami bisa menikmati kebersamaan di acara Malam Tirakatan 17 Agustus tahun-tahun selanjutnya, tanpa khawatir si pirus ini mengancam kami.
By,
-Kinan-
12 Komentar. Leave new
Baru mau nanya ini kapan tirakatannya..ternyata dua tahun lalu
Senang sekali ada acara seperti ini di lingkungan tempat tinggal Mbak Nanik, ada kebersamaan dan semangat nasionalisme di sana. Di RT ku terakhir juga 2 tahun lalu, jadi kangen seru-seruan 17-an , ramai sekali biasa acaranya
Wahh di RT Mbak Dian ada juga, ya? Benar mbak, seneng banget … 2 tahun lalu acaranya mbak.
Nah iya, udah 2 tahun ini 17-an di kompleks kami sepi-sepi aja. Dulu selain aneka lomba, ada panggung gembira juga. Sampai malam malahan…
Gpp juga sih, kan engga tiap hari, setahun sekali, smbil bersyukur merenungi hasil perjuangan pahlawan kita…
Benar bun, setahun sekali seseruan bareng seluruh warga, ya bun.
Setelah itu sudah pandemi, jadi nggak boleh diadakan lagi karena khawatir jadi cluster terbaru si pirus.
Acara Tirakatan terakhir di lingkunganku juga diselenggarakan tahun 2019 alias 2 tahun yang lalu. Tahun ini malahan pas 17-an pas kasus covid lagi tinggi-tingginya. Jadi deh adem ayem gak ada apa-apa. Kangen juga euy, makan bareng2 sama warga.
Sepertinya si pirus mulai menyerang awal tahun 2020 Mbak Damar. Jadi pas Agustusan tahun 2019 masih aman.
Rumah saya di Madura, nggak ada acara malam tirakatan begitu. Tapi, saat saya tinggal di Semarang, saya pernah mengikuti malam tirakatan di gang kosan saya. Sebagai pendatang, saya jadi lebih mengenal warga sih. Rame dan seru.
Sepertinya banyak digelar di kota besar, ya MbakYuni.
Bener mbak, jadi mengenal warga juga saat ngikutin acara malam tirakatan 17 agustus ini.
Jadi kangen malam tirakatan. Sejak pandemi sudah 2x malam 17-an gak pernah ada lagi malam tirakatan. Biasanya ramai karena meskipun tinggal di kompleks tapi masih lingkungan desa jadi masih kental tradisi tirakatan ini.
Iya mbak, kangen banget rehat bentar sambil seseruan di acara malam tirakatan ini.
Sedih juga ya, Mbak malam tirakatan 17 Agustus ini gak bisa diadakan karena pandemi. Padahal di acara itu semua masyarakat berkumpul dan bersama-sama memeriahkan suasana tirakat.
Terlihat kebersamaannya.
Benar Teh Nurul, sedih banget semoga pandemi ini segera berlalu.