Buku: Hidup Tenang Tanpa Riba
Pinjaman atau berutang dalam bentuk apapun awalnya bagai angin segar di tengah masalah pelik keuangan yang menuntut penyelesaian serba cepat. Dengan segala kemudahan serta fasilitas menarik yang ditawarkan, terlebih ketika kita dalam kondisi belum mampu, namun hasrat untuk membeli barang begitu tinggi dengan alasan kebutuhan walaupun harga yang tertera di luar daya beli.
Hal ini tak lain, karena di era sekarang seakan segala kemudahan untuk mendapatkan kredit merupakan solusi yang patut dibenarkan. Gencarnya promosi dari pihak bank pemberi kredit, serta fasilitas pelayanan dengan sistem cicilan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan peminjam merupakan salah satu faktor kenapa praktek riba dengan cepat mewabah di masyarakat.
Namun selunak apapun cara pembayarannya dan juga selama apapun tempo pembayarannya, tetap saja sebagai pemohon kredit kita wajib membayarnya sampai lunas. Memang ada bank yang memberikan aturan lebih fleksibel dan tidak terlalu mengikat, namun tak sedikit pula pihak bank yang aturannya kejam hingga membuat miris.
Apalagi jika perhitungan pinjaman yang diakadkan dengan mengunakan sistem riba yakni bunga berbunga, ibarat kita sudah menggadaikan kebebasan juga keberkahan dari Yang Maha Kuasa.
Hidup sederhana tanpa riba jauh lebih menenangkan dibandingkan kaya raya dengan utang riba di mana-mana. (hal 10) Penggalan kalimat di atas adalah Quote dari kisah “Gurita” Itu Bernama Riba yang ditulis oleh Annisa Pratiwi. Merupakan salah satu kisah yang terdapat dalam buku ini. Menceritakan tentang sebuah keluarga kecil yang berkeinginan memiliki sebuah rumah tinggal untuk berteduh dan berlindung, juga privasi bagi keluarga kecil mereka yang masih baru.
“Kalau tidak berutang mana mungkin punya rumah. Apa salahnya, toh hitung-hitung menabung. Jika ingin mengumpulkan uang dulu, bayangkan butuh berapa tahun, Lima Belas tahun? Itu bukan waktu yang singkat. Terus kamu akan berpinda-pindah kontrakan gitu?” Pak Mo memaparkan argumentasinya di hadapan aku dan Mas Pram yang kala itu kebingungan belum memiliki rumah. (hal. 10) Kondisi di atas yang akhirnya membuat keluarga kecil ini memutuskan untuk membeli sebuah rumah dengan sistem KPR.
Dilema tahun awal cicilan rumah terbayar tanpa kendala, hingga dua anak dambaan telah hadir mengisi rumah sederhana mereka. Namun pada tahun ke enam cicilan, keuangan kantor suaminya mulai bergejolak bersamaan dengan anak-anak yang yang mulai memasuki masa sekolah, hingga akhirnya cicilan rumah baru bisa terbayar setelah tiga bulan terlewati. Alhasil debt collector mulai rajin bersilaturahmi untuk mengingatkan bahwa cicilan sudah terlewat dan perlu segera dibayar.
“Bunga dan cicilan yang harus dibayar lebih dari 2,5 juta. Duit dari mana lagi? Sedangkan untuk makan sehari-hari saja sudah minus.” (hal. 14) Merupakan penggalan kalimat betapa gundahnya keluarga kecil ini karena utang riba. Dari istri yang hanya ibu rumah tangga, akhirnya memutuskan mencari tambahan meskipun jangkauan geraknya tak seleluasa saat masih lajang dikarenakan ada dua balita dalam pengasuhannya. Sedangkan kondisi keuangan kantor suami tak kunjung membaik, utang riba terus berjalan, uang iuran sekolah anak-anak juga tidak bisa menunggu menuntut untuk segera dibayarkan.
Gurita riba mulai menjerat keluarga kecil ini!
Keseluruhan kisah mengulas dengan lugas bagaimana riba bisa masuk dalam aktivitas sehari-hari meskipun akhirnya menyadari efek buruk dahsyatnya sistem pinjaman bunga berbunga ini. Terjeratnya kebebasan si pemakai sistem serta kehilangan keberkahan karena tidak sesuai dengan ajaran agama. Ending dalam setiap kisah mengulas perjuangan para pemakai riba saat berniat terbebas dari riba hingga akhirnya bisa terbebas, meski bukan hal yang mudah.
Setiap kisah diakhiri dengan pesan hikmah dari penulis melalui jendela inspirasi, sehingga pembaca bisa lebih memahami pesan hikmah yang ingin disampaikan oleh penulis. Dari kisah-kisah yang terangkum, pembaca bisa merasakan betapa perjuangan untuk keluar dari jerat riba tidaklah mudah. Mengubah pola pikir dan gaya hidup untuk mulai menjadi pribadi sederhana adalah tindakan awal dalam berjuang melawan pusaran riba.
Keteguhan hati disertai niat dan tekad bulat agar tidak tergoda dengan riba merupakan kunci utama keluar dari pusaran riba, dalam jendela inspirasi kisah Malaikat yang Keliru. (hal. 94)
Skenario Allah Swt tetap lebih cantik dari semuluk-muluknya rencana manusia, serahkan semua pada Allah Swt tugas kita hanya menjalani dengan hati ikhlas, walaupun pedih jalur yang harus kita lalui. Bahkan jika kita merasa tak mampu lagi berdiri dengan kaki kita, maka bersimpuhlah di hadapan Allah Swt, mintalah keinginan menyelesaikan masalah riba ini. Karena Allah Swt tak kan tega mendiamkan hamba-Nya yang merayu mendayu dalam do’a, dalam jendela inspirasi kisah bu dokter dengan judul Kamu Tahu? Bahkan Motor Butut Itu Lebih Membuatmu Terhormat Dibanding Motor Baru yang Riba. (hal 61)
Buku yang diterbitkan DIVA Press ini ditulis oleh Dwi Suwiknyo dan 14 penulis lainnya. Buku ini merupakan kumpulan penulis dari berbagai latar belakang pendidikan juga profersi, seperti dokter, apoteker, PNS, penulis juga ibu rumah tangga. Beberapa penulis pernah menjuarai lomba dan sudah pernah mengkaryakan bukunya.
Terdiridari kisah-kisah inspiratif para penulis yang merupakan pejuang bebas riba dalam memperjuangakan diri dan keluarga mereka dari pusaran riba. Dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga tauladan tentang cara berjuang dari ketidaknyamanan jeratan pusaran riba. Selain itu disetiap kisah selalu disisipkan kutipan Al Qur’an dan hadis Nabi terkait dosa riba, membuat buku ini layak dijadikan panduan akan ilmu agama agar kita bisa menjauhi riba.
Salam,
-Kinan-
25 Komentar. Leave new
Memang ya mba kadang godaan kredit itu melambai-lambai mesra, indaah banget… Padahal dibalik bunga itu ada jeratan yang bisa membuat hati terpenjara. Makjleb banget yang motor butut lebih baik dr motor baru yang riba. Terima kasih sudah diingatkan.
Sama2 mbak, saya juga belajar setelah membaca buku ini.
Motor butut di kisah di atas adalah motor gedhe orang laki mbak, tapi yang pakai bu dokter imut.
Kebayang bagaimana saat beliau berusaha menghentikan motor gedhenya tadi dengan tubuh kecil beliau.
Bikin terenyuh ngebacanya. Apalagi saat motor gedhe tadi mogok, padahal rumah beliau di pinggir kota.
Sangat inspiratif kisahnya.
Boleh dicoba baca mbakkuh.
Dikemas dengan santai koq bukunya 😉
Riba dimana-mana hingga sulit terlepas dari belenggu riba. Kadang kondisi kepepet kebutuhan anak sekolah, anak sakit, dan kebutuhan mendesak lain hingga terjerumus kedalam kubangan riba. Saya juga sedang belajar lepas dari riba. Semoga Istiqamah. Jadi tergoda beli buku nya juga saya mbak
Aamiin mbak, semoga kita bisa istiqomah.
Meskipun pasti tidak mudah. Setidaknya sudah ada niat. (ngingetin diri sendiri)
Saya juga belajar banyak dari kisah para pejuang keluar dari kisaran riba ini.
Buku ini dikemas sangat santai, dan tidak terkesan menggurui.
Boleh dicoba mbakkuh 😉
Saya bercuta-cita bebas riba mb, ini sedang berupaya. Doakan bisa lepas juga yaa.Bukunya menarik jd pengen belu…��
Aamiin mbak, bismillah kita bisa ya mbak.
Saya juga terinspirasi dari buku ini.
Saya belinya di gramedia mbak.
Dijaman ini sangat sulit menghindari riba, mulai dari pinjaman lunak, jartu kredit nol bunga,bikin kita hilaf
Semoga bisa terhindar dari riba
Aamiin …
Benar mbak, pasti sulit.
Godaannya banyak, tuntutan hidup juga banyak, hehehe.
Di buku ini kisah2 inspiratif dari para penulis benar2 sangat memukau, saat beliau2 bertekad keluar dari pusaran riba.
Butuh perjuangan dan tekad yang kuat, serta komitmen yang tinggi.
Karena itu bagi saya, beliau2 adalah para pejuang bebas riba.
Karena untuk bebas dari riba, memang butuh perjuangan. 🙂
Selalu yah kalo tema tentang riba suka ngingetin saya k kerjaan saya yang lama dan udah saya tinggalin memilih ngabdi sama suami.. lebih baij gak punya mba drpd harus ngeriba..soalnya ngeri banget
Hidup sederhana tanpa riba jauh lebih menenangkan dibandingkan kaya raya dengan utang riba di mana-mana. Kalimat ini jleb banget.
Oh yah untuk dapatkan bukunya, beli di mana yah?
pasti bagus nih bukunya,pengen kasih sama seseorang deh biar sadar betapa riba dapat mencekik kehidupan. Makasih sharingnya mbak
Sama2 bunda …
Bismillah teman bunda jadi paham ya bun.
Semoga mendapatkan pencerahan dan keberkahan-Nya.
Aamiin
Buku yang inspiratif ini. Mengingat saat ini hutang sedemikian mudahnya jadi pilihan orang untuk memenuhi beragam kebutuhan, bahkan bukan untuk kebutuhan pokok. Miris!
Benar Mbak Dian.
Jika kita mau jujur, bagaimana harga tanah sekarang naiknya ndak ketulungan.
Jika kita sadar, itu juga dampak dari gurita riba yang selama ini kita kerjakan.
Riba memang begitu menggiurkan. Karena terlalu mudah sampai bikin orang nggak berpikir panjang dengan efeknya. Bahkan riba sudah menjangka kebutuhan konsumtif. Sungguh mengerikan.
Benar Mbak Damar.
Pola konsumtif perlu untuk ditinggalkan.
Dan kita wajib kembali pada pola menabung, bukan berhutang.
Semoga gusti Alloh swt memudahkan langkah kita yaa mbak.
Aamiin
Saya juga masih berjuang dari bebas riba. Masih terseok-seok. Sekarang godaanya makin banyak, lebih gampang diakses dan ga ribet…godaan terbesar emak-emak, apalagi kalo udah berlabel 'bisa di cicil' …. jadilah tu nyicil padahal ga penting-penting banget itu barang. 🙁
Ouh ituuuu sangat mengingatkan ke arah yang benar..saya suka tergoda kredit…duh…semoga rejeki saya dilancarkan..so ga ada kredit lagi
Bismillah bun, diniatkan dan berusaha istiqomah.
Bismillah, semangatt bunda 😉
Nanti sudah gajian saya mau beli ini deh. Biar punya motivasi untuk terus berjuang keluar dari Riba. Hiks.
Yukk mbak, buruan ke Gramed atau Toga Mas. Khawatir kehabisan.
Actually great post, I hope I can see a lot more blog writing like this!
extremely fascinating, excellent job and thanks for sharing such a good info.
Hey!
This is my first visit to your blog! We are a team of volunteers and starting
a new
initiative in a community in the same
niche. Your blog provided us useful information
to work on. You have done a marvellous job!